Sobat, saya pernah menulis sebuah postingan yg saya jadikan tulisan penutup di tahun 2011 sekaligus pembuka tahun 2012 berjudul “Tahun Barunya Kaum Kami”, di sana saya menceritakan tentang sosok seorang teman yg berusaha membahagiakan istri dan anaknya yg datang jauh dari kampung halaman untuk merayakan tahun baru bersama suaminya, padahal ia tak punya uang sepeserpun.
Seiring bumi yg berputar sehingga terjadilah sebuah proses yg disebut siang dan malam, maka kita pun ikut mengalami proses tersebut, proses hidup tepatnya. Tak jauh berbeda dgn kita, teman saya pun ikut mengalami proses hidupnya, baik disini maupun disana, di mana keluarganya berada, sebagai seorang ayah sekaligus seorang suami.
Selama ini, dia yg memang memiliki kemampuan yg terbatas sehingga untuk mendapatkan peluang pekerjaan terhitung sulit, sehingga pekerjaan serabutanlah menjadi pilihan utama. Tahukan sobat tentang maksud saya dgn yg namanya kerja serabutan. Sebuah pekerjaan yg tak menetap dan biasanya cenderung menggunakan tenaga otot dalam melakukannya.
Namun kita jg tahu, kerja serabutan itu berbeda dgn pekerjaan tetap. Karena biasanya masa kerja seperti ni tak ada peraturannya dan lebih sering pendapatannya tak sesuai dgn tenaga yg di keluarkan, dan yg paling ngenesnya lagi, pekerjaan seperti ni jg jarang sekarang alias tterbatas, alias banyak saingan..
Karena tak bekerja tetap dan lebih sering menganggur inilah, temanku itu terkadang tak dpt pulang ke kampung guna bertemu dgn keluarganya, ya, apalagi alasannya kalau tak punya uang. Karena itu jg lah, tiap kulihat, mukanya pasti ditekuk kaya kertas yg mau di kiloin. Akhirnya karena tak tega, saya bersama beberapa teman mencoba mencari solusi untuk permasalahan yg sedang dilanda si temanku ni sob, dan kata sepakat untuk meminjamkan uang pun di sepakati.
Pulanglah dia menuju keluarga yg sudah dirindukannya itu dgn semangat penuh juang, seperti pejuang yg mau menghalau penjajah belanda dulu. Singkat cerita, tiga hari kemudian, dia sudah kembali ke tempat dimana selama ni kami berkumpul, sebagai temannya saya merasa heran, karena tak biasanya dia berwajah semurung itu, terlebih setelah bertemu dgn keluarga tersayangnya.
Tahu kah sobat apa yg terjadi disana, ternyata saat pulang itu, dia tak dpt menemukan istrinya, dia hanya bertemu dgn putrinya yg masih kecil itu. Dan ternyata lagi, sang istri itu disembunyikan oleh orang tuanya guna mencari alasan untuk bercerai. “Hah, yg bener loe”, saya tersentak kaget mendengar berita itu. Gugatan cerai itu di ajukan, lantaran sang suami dianggap tak dpt mencukupi kebutuhan pokoknya, "terang aja, kebanyakan nganggur, ngelamar kerja pun ditolak mulu".
Sampai saat ini, saya hanya bisa mendoakan, semoga tak terjadi perceraian dalam keluarganya, sobat jg ikut do'ain ya.
Itulah nasib kaum kami sob, sementara di sana banyak yg mengumpulkan harta dgn segala cara, sampai-sampai yg tak halal pun di embat, dan disisi sini, kami harus hidup dgn mengandalkan seluruh kemampuan.
kaum kami ini, jumlahnya sangat banyak, tersebar diseluruh nusantara, teman saya hanya salah satu contoh kecil dari keseluruhan. Semoga saja kaum kami ni bisa lebih layak dimasa mendatang. Amin.
Note :
Foto masih sama dgn postingan lama
Itulah nasib kaum kami sob, sementara di sana banyak yg mengumpulkan harta dgn segala cara, sampai-sampai yg tak halal pun di embat, dan disisi sini, kami harus hidup dgn mengandalkan seluruh kemampuan.
kaum kami ini, jumlahnya sangat banyak, tersebar diseluruh nusantara, teman saya hanya salah satu contoh kecil dari keseluruhan. Semoga saja kaum kami ni bisa lebih layak dimasa mendatang. Amin.
Note :
Foto masih sama dgn postingan lama
0 Response to "Inilah Nasib Kaum Kami"
Post a Comment