This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Health] Jangan Katakan 8 Hal ini pada Anak, Nomor 2 Paling Sering Diucapkan

Jangan Katakan 8 Hal ini pada Anak, Nomor 2 Paling Sering Diucapkan
Orang tua terutama ibu adlh pendidik pertama dan utama untk anak-anaknya, oleh karena itu, sebagai orang tua kita perlu terus belajar agar bisa mendidik anak-anak kita sesuai dgn zaman di mana mereka hidup.

Khalifah Kedua Umat Islam, Umar bin Khaththab berpesan “Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pd zaman yg berbeda dgn zamanmu,”. Pesan yg singkat dan mudah diingat.

Cara mendidik anak salah satunya melalui lisan, melalui lisan nasihat dan larangan tersampaikan. Tapi sayang, banyak orang tua khususnya ibu, yg belum memahami pentingnya menjaga dan memilih kata-kata yg terucap di depan anak. Kata-kata yg terucap dpt berpengaruh pd perkembangan diri, psikologis, dan konsep diri anak.

Di bawah ni ada 8 hal yg sebaiknya tak dikatakan kepada anak, terutama kepada anak berusia di bawah tujuh tahun:

1. Mengatakan Pernyataan Negatif tentang Diri Anak
“Kamu anak nakal!”
“Kamu pemalas!”
“Kamu anak pelit!”
“Kamu anak bodoh!”
Contoh pernyataan negatif tersebut dpt menyakiti perasaan anak-anak. Mereka akan menjadi seperti yg orang tua mereka katakan. Sungguh berbahaya, mengingat kata-kata seorang ibu bisa berarti doa untk anak-anaknya.

Katakanlah hal-hal positif kepada anak. Misalnya jika anak menerima nilai buruk, jangan mengatakan, “Kamu anak bodoh!”; Katakanlah sesuatu yg lain. Sebagai contoh, katakanlah, “Jika kamu belajar lebih baik, kamu akan mendapatkan nilai yg lebih baik karena kamu sebetulnya adlh anak pintar.” Bukankah kata-kata seperti ni akan lebih menenangkan hati anak kita?

2. Jangan katakan “Jangan Ganggu, Ibu lagi Sibuk!”
Kata-kata tersebut terdengar sangat normal. Seorang ibu sibuk memasak di rumahnya. Atau ayah sibuk membaca berita menarik di koran. Atau mungkin jg melanjutkan tugas yg dibawa dari kantor. Lalu ia mengunci diri di kamarnya. Tiba-tiba anak datang dan meminta dia untk sebuah bantuan. Dalam situasi yg ketat, orang tua dpt berteriak pd anak itu, “Jangan ganggu! Ayah/Ibu lagi sibuk! ”

Menurut seorang penulis yg jg seorang pelatih bela diri verbal, Suzette Haden Elgin PhD, jika orang tua bertindak seperti itu, anak-anak mungkin merasa tak berarti karena jika mereka meminta sesuatu pd orang tua mereka, mereka akan diberitahu untk pergi.
Coba bayangkan, jika sikap seperti itu diterapkan pd anak-anak kita, maka sampai mereka tumbuh dewasa, kemungkinan besar mereka akan merasa tak ada gunanya berbicara dgn orangtua.

Jika memang sedang benar-benar sibuk, cobalah alihkan perhatian anak-anak untk melakukan kegiatan lain sebelum kita membantu mereka. Misalnya, jika mereka meminta bantuan dlm melakukan pekerjaan rumah mereka dan kondisinya kita sedang benar-benar sibuk, mintalah mereka untk melakukan aktivitas lain terlebih dahulu seperti bermain / nonton tv. Jika kesibukan sudah berlalu, datangilah anak anda dan tanyakan dgn lembut bantuan apa yg mereka perlukan.

3. Jangan katakan “Jangan Menangis!”
Ketika anak-anak menangis / bersedih ketika bertengkar dgn teman-temannya. Tidak perlu untk memarahi / meminta anak-anak anda untk tak cengeng. Banyak anak yg mengalami hal tersebut, orang tua mengatakan pd mereka, “Jangan cengeng!”, “Jangan sedih!”, “Jangan takut!”
Menurut seorang psikolog anak, Debbie Glasser, mengatakan kata-kata tersebut akan mengajarkan anak-anak bahwa perasaan sedih adlh sesuatu hal yg tak umum, bahwa menangis bukanlah hal yg baik, padahal menangis adlh merupakan ekspresi dari emosi tertentu yg tiap manusia miliki.

Untuk menanggapinya, akan lebih baik untk meminta anak-anak menjelaskan apa yg membuat mereka sedih. Jika mereka merasa diperlakukan tak adil oleh teman-teman mereka, jelaskan pd mereka bahwa perilaku teman-teman mereka adlh tak baik, jangan dicontoh.
Dengan memberikan penjelasan seperti itu orang tua telah memberikan mereka pelajaran empati. Anak-anak yg menangis akan segera menghentikan / setidaknya mengurangi tangisan mereka.

4. Jangan Membanding-bandingkan Anak
“Lihatlah temanmu, dia bisa melakukannya dgn cepat. Mengapa kamu tak bisa melakukannya juga?”
“Temanmu bisa menggambar dgn bagus, kenapa kamu tidak?”
“Dulu ketika kecil ibu bisa begini begitu, masa kamu tak bisa?!”
Membanding-bandingkan hanya akan membuat anak anda merasa bingung dan menjadi kurang percaya diri. Anak-anak bahkan mungkin membenci orang tua mereka karena mereka selalu mendapatkan penilaian buruk dari perbandingan tersebut, sedangkan perkembangan tiap anak berbeda.

Daripada membandingkan, orang tua sebaiknya membantu untk menyelesaikan persoalannya. Misalnya, ketika anak mengalami masalah mengenakan pakaian mereka sementara teman / tetangganya yg seusia dengannya bisa melakukannya lebih cepat, orang tua harus membantu mereka untk melakukannya secara benar.

5. Jangan katakan “Tunggu Ayah Pulang! Biar kamu dihukum ayah”
Adakalanya seorang ibu berada di rumah bersama anak-anaknya sementara ayah tak berada di rumah. Ketika anak melakukan kesalahan, ibu tak segera memberitahu anak-anak tentang kesalahan yg mereka buat. Si ibu hanya mengatakan, “Tunggu sampai ayahmu pulang.” Ini berarti menunggu sampai ayahnya yg akan menghukum nanti.

Menunda mengatakan kesalahan hanya akan memperburuk keadaan. Ada kemungkinan bahwa ketika seorang ibu menceritakan kembali kesalahan yg dilakukan anak-anak mereka, ibu malah membesar-besarkan sehingga anak-anak menerima hukuman yg lebih dari seharusnya.
Ada kemungkinan jg orang tua menjadi lupa kesalahan anak-anak mereka, sehingga kesalahan yg seharusnya dikoreksi terabaikan. Oleh karena itu, akan lebih baik untk tak menunda dlm mengoreksi kesalahan yg dilakukan anak-anak sebelum menjadi lupa sama sekali, dan koreksilah dgn cara bijaksana melalui nasihat yg bijak.

6. Jangan Terlalu mudah dan berlebihan memberi pujian
Memberikan pujian dgn mudah jg bukan hal yg baik. Memberikan pujian dgn mudah akan terkesan “murah”. Oleh karena itu jika seorang anak melakukan sesuatu yg sederhana, tak perlu memuji dgn “Kamu Hebat! Luar Biasa!” Karena anak secara alamiah akan mengetahui hal-hal yg dia lakukan dgn biasa-biasa saja / luar biasa.

Pujilah sikap anak kita, dan jangan memuji dirinya / hasil perbuatannya. Sekiranya ia mendapat hasil bagus di sekolah, pujilah “Alhamdulillaah, Ibu bangga dgn kerja keras kamu sehingga kamu mendapat nilai baik!”
Jika kita memuji hasil yg dilakukan anak dan bukan sikapnya, sangat mungkin anak kita akan berfokus pd hasil dan tak peduli dgn sikap/ karakter yg baik, misalnya… demi mendapat nilai ujian bagus, anak akan mencontek ketika ujian.

7. Jangan Katakan “Kamu tak pernah..” / “Kamu Selalu..”
Kalimat lain yg tak perlu dilontarkan adlh "Kamu selalu...." / "Kamu tak pernah...".
Kalimat tersebut kadang refleks diucapkan orangtua ketika merasa kesal dgn kebiasaan kurang baik yg sering dilakukan anaknya.

"Hati-hati, kedua kata-kata itu ada makna di dalamnya. Di dlm pernyataan "Kamu selalu..." dan "Kamu tak pernah" adlh label yg bisa melekat selamanya di dlm diri anak," ujar Jenn Berman PhD, seorang psikoterapis.

Kedua pernyataan yg dilontarkan oleh orang tua tadi akan membentuk kepribadian anak. Anak-anak akan menjadi seperti apa yg dikatakan terhadap dirinya.

Lebih baik bertanyalah kepada anak tentang apa yg bisa orangtua lakukan untk membantu dia mengubah kebiasaannya. Misalnya, 'Ibu perhatikan kamu sering lupa membawa pulang buku pelajaran ke rumah. Apa yg bisa Ibu bantu supaya kamu ingat untk membawa bukumu pulang?'. Pernyataan seperti itu akan membuat anak merasa terbantu dan nyaman.

8. Jangan katakan “Bukan begitu caranya, sini biar ibu saja!”
Jangan katakan "Bukan begitu caranya. Sini, biar Ibu saja." Biasanya orangtua mengeluarkan pernyataan ni jika mereka meminta anak membantu sebuah pekerjaan, tapi anak tak melakukannya dgn benar.

Jenn Berman, PhD memberi saran "Ini sebuah kesalahan, karena anak menjadi tak belajar bagaimana caranya. Daripada berkata demikian, lebih baik ibu melakukan langkah kolaboratif dgn mengajak anak melakukan pekerjaan itu bersama sambil ibu menjelaskan bagaimana cara melakukannya,".(uo/rtrw)

0 Response to "[Health] Jangan Katakan 8 Hal ini pada Anak, Nomor 2 Paling Sering Diucapkan"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *