lusihkas.blogspot.com - Banyak filosuf muslim memberikan perhatian yg sangat besar - lewat berbagai tulisanya - terhadap eksistensi guru dan murid, termasuk di dalamnya mengenai hak dan kewajibannya. Mereka banyak menulis tentang beberapa sifat yg harus dimiliki keduanya, yakni guru dan murid. Filosuf-filosuf tersebut diantaranya adlh Al-Namiri Al-Qurthubi dgn karyanya Jami’Bayan al-‘Ilm wa Fadhlih yg membahas tentang etika guru dan murid: Al-Ghazali dgn dua karyanya Fatihah al-Ulum dan Ihya ‘Ulumiddin.
Guru dan Murid |
Inti bahasan mengenai posisi terhormat yg dimiliki guru berdasarkan pandangan para filosuf, ia (guru). Menempati posisi yg agung,dimana posisi tersebut hampir sama dgn posisi Nabi, berdasarkan sabda Rasulullah:
Sesungguhnya tinta para ulama lebih baik dari pd darah-darah para syuhada’.(Hadist Syarif).
Dalam pandangan lainnya, guru / orang berilmu yg mengamalkan ilmunya lebih baik dari pd orang yg beribadah dgn puasa disiang hari dan menghabiskan malamnya dgn banyak bersembahyang. Al-ghazali, ketika berbicara tentang kedudukan ilmu yg diamalkan, mengatakan:
Barang siapa yg berilmu dan kemudian mengamalkannya, ia menjadi orang yg mulia dan agung di dunia ini, ia ibarat yg menyinari lainnya dan bersinar dlm dirinya sendiri, dan ia jg ibarat minyak wangi misik yg dpt menebarkan wewangian bagi lainnya dan ia (misik) sendiri wangi. Dan barang siapa menyibukan diri dgn kegiatan mengajar, ia telah berarti telah menguasai dan memiliki sesuatu yg agung dan bagi lainnya dan ia (misik) sendiri wangi. Dan barang siapa menyibukan diri dgn kegiatan mengajar, ia telah berarti telah menguasai dan memiliki sesuatu yg agung dan kehormatan yg besar, maka dgn demikian jagalah etika dan tanggung jawab mengajar secara baik. (Ihya’Ulumiddin, jilid I, hal.92)
Penyair terkenal Ahmad Syauqi, ketika mengupas keutamaan seorang guru, dlm syairnya mengatakan:
Posisikanlah seorang guru di tempat yg mulia, sebab posisi guru hampir mendekati posisi Rasul.
Guru adlh bapak spiritual / pemberi semangat bagi murid, dialah yg memberikan santapan kejiwaan dgn ilmu, membimbing dan meluruskan akhlak kepada para murid, sehingga menghormati dan memberi nilai lebih pd guru berarti memperhatikan dgn baik anak-anak kita, sebab dgn gurulah anak kita hidup wajar, dan dgn guru pulalah anak-anak kita bisa bangkit, dgn catatan apabila guru tersebut betul-betul melaksanakan tugasnya secara baik.
Sedangkan Abu ad-Darda’ mengemukakan pendapatnya bahwa sesungguhnya guru dan murid adlh dua teman dlm kebaikan, tak ada yg lebih baik selain keduanya.
Pada masa dulu, lembaga-lembaga pendidikan Barat di Eropa, para guru melaksanakan tugasnya dgn sangat disipilin, ia berjanji kepada sekolahnya untk melaksanakan tuntutan-tuntutan yg harus dilaksanakan serta mentaati peraturan-peraturan yg oleh lembaga. Ia dianggap absen, dan bahkan dikenai sanksi terbatas apabila dlm pemberian pelajaran tak dihadiri minimal lima siswa. Dan siswa akan meminta penjelasan yg sebenarnya kepada guru apabila ia tak masuk mengajar tanpa izin. Pada saat yg bersamaan dilembaga pendidikan Islam, seorang guru memanfaatkan waktu dgn penuh perhatian dan melaksakan tugas dgn penuh keagungan. Ia memiliki kedudukan yg sangat tinggi, kemerdekaan dan kebebasannyang mutlak dlm mengajar, memilih materi dan waktu mengajar secara jumlah materi yg akan disampaikan dlm pengajaran.
Sifat-sifat yg harus dimiliki guru
- Memiliki sifat zuhud,dan mengajar karena mencari ridha Allah.
Guru memiliki kedudukan yg mulia dan dimuliakan, ia memiliki tugas-tugas yg sesuai dgn kedudukannya, ia harus memiliki / menjadi zahid yg sesungguhnya, melaksanakan tugas pengajaran karena mencari keridhaan Allah semata harus menunggu balasan / pangkat. Intinya, mengajar itu dgn niat mencari keridhaan Allah SWT, menyebarkan ilmu dan pengajaran.
Para guru hendaknya mengusahakan biaya hidup dgn cara mengkopi / menyalin buku-buku (mener-jemah:pent.) dan dijual pd siapapun yg berminat. Sejak berabad-abad, para ulama tak menerima apa saja dari tugas mengajarnya. Tetapi ternyata sikap ni banyak ditentang dan dikritik banyak ulama lain, bahkan bersikap yg sebaliknya. Menurut pandangan kami (pengarang buku ini: pent.), menerima pangkat dan jabatan tak bertentangan dgn niat mencari keridhaan Allah dan sifat zuhud didunia; sebab orang alim / guru - bagaimanapun zuhudnya- ia membutuhkan ekonomi dan biaya hidup dlm angka memenuhi kebutuhan hidup and biaya pendidikan anak-anaknya.
Guru harus suci dan bersih.
Seorang guru hendaknya (dalam hal ni wajib) suci badan dan anggota tubuhnya, menjaga diri dari perbuatan dosa, suci jiwanya dgn membebaskan diri dari perilaku sombong, riya’, dengki, permusuhan, pemarah dan sifat-sifat tercela lainnya. Rasulullah bersabda:
Dua umatku akan celaka; orang yg berilmu tapi jahat, dan orang-orang yg beribadah tapi bodoh, sebaik-baik orang adlh orang yg berilmu tapi baik,dan sejelek-jelek orang adlh orang berilmu tapi jahat.(Hadits)
Ikhlas dlm melaksanakan tugas
Keikhlasan seorang guru dlm melaksanakan tugasnya merupakan sarana yg paling ampuh untk mensukseskanpara muridnya dlm proses belajar. Termasuk sikap ikhlas adlh ia melaksanakan tugas sesuai apa yg ia katakan dan sesuai antara perilakunya dgn perkataan-perkataan yg diucapkan, ia tak merasa malu untk mengatakan ‘saya tak tahu’ apabila ia memang tak mengetahuinya.
Orang yg disebut dgn ‘orang berilmu sungguhan’ adlh orang uyang senantiasa merasa membutuhkan ilmu, dan meletakkan posisi dirinya sama dgn posisi murid-muridnya di dlm mencari kebenaran, ia ikhlas pd muridnya dan sangat peduli terhadap waktu-waktu yg dimiliki para muridnya, bahkan ia merasa tak halangan untk belajar dari mereka. Hal ni karena ia bersikap rendah hati dlm proses belajar mengajar, disamping itu ia memiliki sikap yg bijak dan teguh hati terhadap apa yg diperbuat dan yg dikatakan, ia bersikap lemah lembut tetapi tak lemah dan ia bersikap keras tapi tak kejam.
Bersikap murah hati.
Seorang guru hendaknya bersifat hilm / penyantun dan pemurah hati terhadap murid-muridnya, mampu mengendalikan dirinya dari sikap marah,bersikap lapang dada, banyak bersabar,dan tak marah karena hal-hal ynag mengganggunnya.
Memiliki siakp tegas dan terhormat.
Agar seorang guru menjadi lebih sempurna, ia harus meiliki sikap yg tegas dan terhormat. Ia harus memiliki keistimewaan-keistimewaan agar ia dpt menjauhkan dirinya dari tindak kejahatan yg akan menimpanya, menghindarkan dari hal-hal yg jelek, tak membiasakan dirinya berteriak-berteriak, dan banyak omong kosong.
Memiliki sikap kepabakan sebelum menjadi guru.
Seorang guru hendaknya menyenangi para muridnya sama dgn menyenangi anak-anaknya, dan memikirkan mereka seperti anak-anaknya . Berdasarkan Islam inilah, pendidikan modern sekarang ditegakkan, sehingga dpt dikatakan, bahwa seorang guru hendaknya lebih mencintai muridnya dari pd anak-anaknya. Seorang ayah yg memberi kasih sayang kepada anaknya adlh sesuatu hal yg biasa, tetapi seorang ayah yg mampu memberikan kasih sayang kepada anak orang lain (murid-muridnya) dianggap sebagai ayah yg terhormat dan layak untk diteladani.
Para murid yg lebih pantas dan utama untk menerima kasih sayang adlh mereka yg fakir (dari keluarga yg sangat melarat), di mana mereka tak mencintai seseorang karena mereka sendiri tak merasa dicintai oleh orang lain. Disinilah kesempatan, di mana seorang guru melaksanakan tugasnya untk membangkitkan hati mereka yg telah hancur, menyelamatkan kehidupan mereka untk bangkit dari kehancuran dan kesengsaraan, berjuang untk membantu dan memudahkan dlm mencari tantangan hidup mereka dgn bertindak sebagai bapak asuh yg menyayangi, memberikan semangat untk maju, dan mengarahkan cita-cita mereka.
Memahami karakteristik murid.
Guru hendaknya menguasai dan memahami karakteristik dan kecenderungan para muridnya, termasuk jg kebiasaan, rasa (atau perasaan) dan pikirannya; ni dibutuhkan agar guru didalam melaksanakan akan tugasnya tak keliru arah. Inilah yg dituntut para pakar pendidikan di abad ke-20 ini. Dalam pendidikan Islam, seorang guru dituntut mengetahui kebiasaan-kebiasaan dan karakteristik muridnya, dan dituntut pula menjaga dan memperhatikannya disaat berlangsungnya proses belajar mengajar. Hal ni diperlukan agar guru dpt memilih materi-materi pelajaran yg sesuai dgn tingkat kemampuan intelektualitas murid-muridnya. Guru hendaknya tak memberikan materi dari yg bersifat kongkret ke yg bersifat abstrak sekaligus, / yg bersifat fisik ke hal yg bersifat meta fisik ke tingkat awal, tetapi harus disesuaikan dgn kemampuan murid-muridnya. Dengan demikian, jangan memberikan materi dari yg mudah ke yg sulit dlm satu kali kesempatan, tetapai harus bersifat gradasi dan berangsur-angsur sesuai dgn kemampuan dan tingkat pemahaman para anak didik.
Guru harus menguasai materi pelajaran.
Juga yg harus dikuasai seoarang guru adlh ia harus menguasai materi yg akan diajarkan,dan oleh karena itu, ia harus terus menerus belajar. Ini menjadi sangat penting, agar didalam mengajar, proses penyampaian pelajaran tak terkesan bersifat monoton dan datar-datar saja, jg tak padat dan tak kosong. Guru memiliki peran yg sangat besar dlm tingkat lanjutan, ia menjadi sumber kepercayaaan dan penilaian dikalangan murid dan orang tua, dan guru ditingkat lanjutan berbeda dgn guru tingkat dasar. Seorang guru pd tingkat lanjutan tak boleh lagi bersantai-santai dgn kedudukannya sebagai pengajar. Sebagaima kita ketahui, bahwa sebagian orang memandang dgn pandangan yg kurang hormat terhadap guru ditingkat dasar. Al-Jahiz misalnya, member nasehat agar jangan meminta petunjuk kepada (guru) yg banyak melakukan kesalahan kepada anak-anak dan wanita,pada saat sebagian besar para ulama terkemuka menjadi guru anak-anak, seperti Al-Kumait, Abudullah bin Harts, Al-hahak bin Mazahim, dan Abu ubaid Al-Qasim.
Dalam buku tentang keislaman, terdapat banyak petunjuk yg ditujukan pd guru di tingkat dasar, di antaranya sebagai berikut:
Guru hendaknya tak membiasakan memberikan makanan kepada muridnya, tak membedakan murid yg kaya dgn yg miskin, tak melayani murid dlm hal yg berkaitan dgn urusan rumah tangganya. Sebaliknya, hendaknya guru bergaul dgn para muridnya dgn semangat keadilan dan keinsafan, melaksanakan tugas pengajaran kepada muridnya dgn cara mereka sendiri, dan apabila ia menjumpai kesulitan-kesulitan hendaknya memerintahkan salah satu muridnya yg lebih dewasa untk mengajar teman-temannya yg lebih kecil. Itu lah norma-norma yg baik dlm pendidikan yaitu suatu norma / peraturan yg memberikan kesempatan keterlibatan murid dlm proses pendidikan dan pengajaran.
Abu Syamah Al-Syafi’I, dlm bukunya Majmu’ah Al-Rasail pd bab etika guru anak-anak membuat kesimpulan sebagai berikut:Guru hendaknya mulai memperbaiki dirinya terlebih dahulu, sebab mata mereka sangat memperhatikannya dan telinga mereka sangat peka terhadap sekelilingnya. Sesuatu yg dianggap baik oleh guru, anakpun akan memandang baik, dan sesuatu yg dianggap jelek oleh guru, anakpun memandang jelek pula. Sebagian besar metode pendidikannya adlh dgn metode kasih sayang, dan dlm pendidikan anak, seorang guru tak boleh mendidik dgn menggunakan kekerasan, seperti memukul dan menyiksa. Guru hendaknya tak boleh bergurau dgn seseorang didepan murid-muridnya, melarang berbuat ghibah, dusta, dan mengadu domba dikalangan para muridnya. Semua ni merupakan petunjuk-petunjuk yg sangat berharga, dan bukan untk dilanggar dlm pendidikan.
Hak dan kewajiban murid
Pendidikan Islam sangat peduli terhadap hak dan kewajiban para murid (anak didik), sebagaimana ia jg sangat peduli terhadap hak dan kewajiban para guru, termasuk didalamnya etika-etika yg harus menjadi pedoman bagi para murid.
Di antara hak-hak murid adlh diperolehnya kemudahan-kemudahan untk memperoleh fasilitas pendidikan agar proses pendidikannya bisa berlangsung lebih mudah tiap saat, dan kesempatan belajar tanpa harus dibedakan si kaya dan si miskin. Mereka (para murid) harus diberikan kemudahan dlm proses belajar mengajar, seperti tempat belajar yg bias mengembangkan pertumbuhan mereka, bahkan jg asrama-asrama / pondokan, baik untk para murid maupun jg untk gurunya sebagai tempat tinggalnya. Di samping itu, jg fasilita imbalan secara materi bagi para guru, yg semua ni sangat dijunjung keberadaannya dlm Islam.
Suatu hal yg harus disadari (sebagai muslim), hendaknya menempatkan orang yg mencari ilmu dlm posisi mulia dan agung, sebab mereka adlh orang yg berusaha mencari sesuatu yg paling berharga didunia, yakni ilmu pengetahuan. Orang yg senantiasa bergiat diri dlm mencari ilmu, berarti ia berjalan di jalan yg menuju surga.
Di antara kewajiban-kewajiban yg harus dilaksanakan tiap murid, dan senantiasa menjadikannya sebagai dasar pandangannya sebagai berikut:
1. Sebelum fajar, seorang murid hendaknya memulai dgn mensucikan hatinya dari sifat-sifat kehinaan, sebab proses belajar mengajar termasuk ibadah,dan keabsahan ibadah harus disertai dgn kesucian hati, di samping berakhlak mulia seperti: jujur, ikhlas, takwa, rendah hati, zuhud, ridha,serta menjauhi sifat-sifat yg tercela seperti: dengki, hasud, penipu dan sombong.
2. Hendaknya mengoreksikan belajarnya dlm rangka memperbaiki dan menghiasi jiwanya dgn sifat-sifat yg mulia, dekat kepada Allah SWT, dan bukan belajar dlm rangka membangga-banggakan diri.
3. Mencari ilmu hendaknya dilakukan terus menerus walapun harus meninggalkan kampung halaman maupun tanah airnya, dan tak ragu-ragu dlm merantau untk mencari ilmu, jika memang harus menuntut perantauan yg jauh untk mencari guru-guru yg diinginkan.
4. Murid hendaknya tak banyak gonta-ganti guru,bahkan ia harus mengkonsentrasikan diri pd seseorang guru sebelum adanya pergantian guru yg lain.
5. Hendaknya jangan mempersulit guru dgn banyak bertanya, tak menyusahkan dlm meminta jawaban, tak berjalan didepannya, tak duduk ditempat duduk guru, dan tak memulai pembicaraan kecuali telah mendapat izin dari guru.
6. Jangan membuka rahasia guru, dan jangan mengumpat seseorang disisinya, jangan mencari-cari kesalahannya, dan hendaknya menerima permintaan maaf guru apabila ia melakukan kesalahan.
7. Bersungguh-sungguh dlm belajar agar mendapatkan ilmu pengetahuan dgn hasil yg mendalam dan memuaskan.
8. Hendaknya menciptakan suasana kecintaan dan kesenangan antara sesame murid, sehingga terlihat seolah-olah mereka merupakan anak dari satu orang.
9. Hendaknya senantiasa memulai salam bila bertemu gurunya, dan tak omong didepannya, tak bertanya tentang teman duduknya, dan berkata (di hadapan gurunya) misalnya: Si Anu berpendapat berbeda dgn pendapatnya.
10. Hendaknya terus-menerus belajar, dan mengulanginya lagi pd awal dam akhir malam, sebab waktu sore dan sahur adlh diberkati. Berkaitan dgn hal ini, seorang penyair berkata:
Wahai orang yg mencari ilmu, jadilah kam oaring yg disiplin menjaga waktu, tinggalkanlah tidur dan kenyang.
11. Menyediakan diri untk belajar sampai akhir hayat, tak sedikitpun meremehkan berbagai macam ilmu pengetahuan, bahkan menjadikan bagi masing-masing ilmu pengetahuan sebagai bagian dari haknya, dan jangan pula ikut-ikutan mencela sebagian ilmu seperti ilmu mantiq dan filsafat, seperti yg pernah dilakukan sebagian ulama terdahulu.
Di antara prinsip-prinsip yg harus di laksanakan guru dan murid dlm pendidikan Islam, adlh sebagai berikut:
1.Berakhlak yg mulia, dan ni lebih utama dari ilmu.
Orang Islam beranggapan bahwa akhlak yg mulia lebih utama dari ilmu, dan menjadikannya sebagai dasar untk suksesnya kegiatan belajar mengajar bagi murid dan guru secara bersama.Hal ni diibaratkan kewajiban wudhu yg harus dilaksanakan sebelum shalat,demikian jg orang mencari ilmu hendaknya dimulai dgn cara menyucikan dirinya dari berbagai sifat kehinaan dan kekurangan, karena ilmu itu sendiri jg merupakan ibadah.
Adalah sesuatu yg pasti,bahwa didalam akhlak yg mulia itu terdapat inti hikmah dan petunjuk pokok.setiap pendidikan yg didasarkan pd akhlak yg mulia dianggap sebagai pendidikan yg hampa nilai (palsu).Demikian jg peradapan yg tak didasarkan pd tujuan yg baik, ia dianggap sebagai peradapan yg menyesatkan.
2. Menghormati ilmu dan ulama.
Di antara prinsip-prinsip pendidikan Islam yg paling mendasar adlh menghormati ilmu pengetahuan,sekaligus jg menghormati ulama dan guru. Dengan demikian, menurut pandangan Islam, ilmu dan pendidik (guru) adlh suci. Berdasarkan pernyataan ini, hendaknya guru dan murid melaksanakan proses belajar mengajar secara ikhlas dan berkesinambungan. Tapi pd saat yg bersamaan, seringkali sikap penghormatan yg berlebihan ni , membawa pd melemahnya sikap kritis diantara mereka.
3. Memperkokoh hubungan personal.
Dalam pendidikan Islam, terciptanya hubungan yg kokoh, kasih sayang antara guru dan murid sangat dipentingkan.
Seorang guru dituntut untk bersikap kasih sayang kepada para muridnya,dan menciptakan pergaulan seperti pergaulan seorang ayah terhadap para anak anaknya. Sebaliknya, para murid jg dituntut untk menyenangi dan menghormati guru gurunya, Terciptanya hubungan personal yg bersifat kasih sayang antara guru dan murid bisa menjadi faktor suksesnya jalannya proses belajar mengajar. Sukses seorang pendidik akan ditandai oleh tertanamnya semangat kepercayaan dan kecintaan antara guru dan murid. Apabila guru menyayangi murid-muridnya, dan mereka merasakan belaian kasih sayang dari gurunya, maka problem-problem dan kesulitan di dlm pengajaran akan mudah diatasi, dan yg sulit menjadi mudah. Seringkali kebencian seorang murid terhadap suatu ilmu pengetahuan disebabkan kebencianya terhadap guru yg mengajar ilmu tersebut. Demikian jg sebaliknya, seorang murid menyenangi ilmu pengetahuan disebabkan kesenangannya kepada gurunya yg mengajar ilmu pengetahuan tersebut.
Para ahli pendidikan sadar akan pengaruh positif adanya kontaks kasih sayang antara guru dan murid dlm proses pendidikan dan pengajaran. Mereka telah memberi perhatian yg besar terhadap kontaks personal yg bersifat kasih sayang ini, mereka jg mengajar sesuai dgn berbagai macam kecenderungan serta tingkat kemampuan berpikir para murid. Mereka jg senantiasa mencari cara-cara yg terbaik untk mengajarkan ilmu sesuai dangan bahasa murid, memacu semangatnya, termasuk didalamnya menggunakan metode pengajaran yg bersifat menghibur dan disenangi,dan bukan dgn cara yg menjadikan mereka tegang, takut, apalagi menakut-nakuti.
Mereka para ahli pendidikan, dlm rangka menciptakan suasana yg tak membosankan, menggunakan sarana sanjungan dan pujian, dan meninggalkan cara-cara yg bersifat tercela dan menghina dlm proses pendidikan dan pengajaran,sehingga mereka sangat sukses dlm melaksanakan tugas kependidikanya; dan yg perlu diingat, pendidikan Islam adlh pendidikan tauladan yg didalamnya harus menggambarkan aspek-aspek pendidikan secara manusawi.
Al-Ghazali manyebutkan beberapa kewajiban guru dlm tugasnya sebagai pendidik sebagai berikut:
1. Guru dlm melaksanakan tugasnya tak diperkenankan mengharapkan imbalan dan balasan, tetapi hanya boleh berharap keridhaan Allah SWT dan semata-mata taqarrub kepada-Nya
2. Guru hendaknya menyayangi murid-muridnya dan memperlakukannya sama dgn memperlakukan anak-anaknya sendiri, sebagaimana yg disabdakan Rasulullah SAW:
Saya didepan kalian hanyalah ibarat bapak di depan anak-anaknya. (Hadits Syarif)
3. Guru jangan membiarkan / melupakan sedikitpun untk memberikan nasihat kepada murid-muridnya, bahkan gunakanlah tiap ada kesempatan memberikan nasihat dan petunjuk.
4. Guru jangan melarang muridnya yg berperilaku tak baik dgn cara kasar, sebisa mungkin diusahakan dgn cara yg halus, dan bahkan dgn cara kasih sayang dan bukan dgn cara mencelanya. Al-Ghazali memberikan nasihat, bahwa melarang murid dari yg berbuat yg tak baik dilakukan dgn cara isyarat bukan dgn cara terang-terangan, dan itupun harus memelihara dan menjaga sifat lemah-lembut serta kasih sayang dlm melarangnya.
5. Guru hendaknya memperhatikan tingkat kemampuan murid, dan mengajarkan sesuai dgn kemampuan mereka, jangan mengajarkan materi pelajaran diluar kemampuan mereka, yg bisa menjadikan mereka lari dari belajar dan kesulitan dlm memahaminya. Ini merupakan prinsip yg paling baik untk diterapkan dlm pendidikan ,modern ini.
6. Guru hendaknya tak menjelekkan eksitensi ilmu yg lain di hadapan murid-muridnya, bahkan guru dituntut untk memberikan wawasan tentang ilmu yg lain kepada muridnya. Ini dimaksudkan agar guru tak fanatic dgn materinya sendiri.
7. Guru hendaknya mengajarkan materi yg mudah jelas dan layak kepada murid yg lemah, dan tak menjelaskan bahwa sesungguhnya materi tersebut sangat lemah agar jiwanya tak tergoncang. Ini dimaksudkan agar guru memperhatikan tingkat kelemahan murid, dan memilih bahan-bahan yg mudah dan jelas sesuai dgn kemampuan mereka.
Guru hendaknya tak menjelaskan bahwa diri mereka lemah / bodoh, karena itu akan membawa pengaruh jelek pd jiwa mereka (murid)
8. Guru hendaknya tak mengamalkan ilmunya dan jangan membohongi perkataan dan perbuatanya, sesuai dgn firman Allah :
Apakah kamu menyuruh orang lain untk berbuat baik,sementara kamu melupakan dirimu sendiri. (QS. 2 :44)
Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yg tak kamu kerjakan, (QS. 61:3).
Dalam kaitan ni Rasulullah bersabda:
Seseorang tak dikatakan alim, sehingga ia menggamalkan ilmunya. (Hadist Syarif)
Dan sabdanya lagi:
Barang siapa yg bertambah ilmunya, tetapi tak bertambah kebaikannya maka ia sesungguhnya semakin jauh dari Allah. (Hadist Syarif).
source : http://kompas.com, http://reddit.com, http://santriclumut.blogspot.com
0 Response to "[Lowongan Dosen dan Pegawai] Guru dan Murid"
Post a Comment