This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

FAEDAH QANA'AH - Al Qur'an

lusihkas.blogspot.com - Sudah dilihat FAEDAH QANA'AH kali.



FAEDAH QANA'AHOleh : Muhammad Nur Ichwan Muslim

Bismillah, Seorang hamba yg mampu bersokap qan'ah dlm kehidupan dunianya, maka ia akan meraih 7 faedah, dianataranya adlh :
1. Hati akan dipenuhi dgn keimanan kepada AllahSeorang yg qana’ah akan yakin terhadap ketentuan yg ditetapkan Allah ta’ala sehingga diapun ridha terhadap rezeki yg telah ditakdirkan dan dibagikan kepadanya. Hal ni erat kaitannya dgn keimanan kepada takdir Allah. Seorang yg qana’ah beriman bahwa Allah ta’ala telah menjamin dan membagi seluruh rezeki para hamba-Nya, bahkan ketika sang hamba dlm kondisi tak memiliki apapun. Sehingga, dia tak akan berkeluh-kesah mengadukan Rabb-nya kepada makhluk yg hina seperti dirinya.
Ibnu Mas’ud radhilallahu ‘anhu pernah mengatakan,
إِنَّ أَرْجَى مَا أَكُونُ لِلرِّزْقِ إِذَا قَالُوا لَيْسَ فِي الْبَيْتِ دَقِيقٌ
Momen yg paling aku harapkan untk memperoleh rezeki adlh ketika mereka mengatakan, Tidak ada lagi tepung yg tersisa untk membuat makanan di rumah [Jami’ul ‘Ulum wal Hikam].
إِنَّ أَحْسَنَ مَا أَكُونُ ظَنًّا حِينَ يَقُولُ الْخَادِمُ: لَيْسَ فِي الْبَيْتِ قَفِيزٌ مِنْ قَمْحٍ وَلَا دِرْهَمٌ
Situasi dimana saya mempertebal husnuzhanku adlh ketika pembantu mengatakan, Di rumah tak ada lagi gandum maupun dirham. [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah (34871); Ad Dainuri dlm Al Majalisah (2744); Abu Nu'aim dlm Al Hilyah (2/97)].
Imam Ahmad mengatakan,
أَسَرُّ أَيَّامِي إِلَيَّ يَوْمٌ أُصْبِحُ وَلَيْسَ عِنْدِي شَيْءٌ
Hari yg paling bahagia menurutku adlh ketika saya memasuki waktu Subuh dan saya tak memiliki apapun. [Shifatush Shafwah 3/345].
2. Memperoleh kehidupan yg baikAllah ta’ala berfirman (yang artinya),
Barangsiapa yg mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dlm keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yg baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dgn pahala yg lebih baik dari apa yg telah mereka kerjakan [QS. An-Nahl: 97].
Kehidupan yg baik tidaklah identik dgn kekayaan yg melimpah ruah. Oleh karenanya, sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa yg dimaksud dgn kehidupan yg baik dlm ayat di atas adlh Allah memberikannya rezeki berupa rasa qana’ah di dunia ini, sebagian ahli tafsir yg lain menyatakan bahwa kehidupan yg baik adlh Allah menganugerahi rezeki yg halal dan baik kepada hamba [Tafsir ath-Thabari 17/290; Maktabah asy-Syamilah].
Dapat kita lihat di dunia ini, tak jarang, terkadang diri kita mengorbankan agama hanya untk memperoleh bagian yg teramat sedikit dari dunia. Tidak jarang bahkan kita menerjang sesuatu yg diharamkan hanya untk memperoleh dunia. Ini menunjukkan betapa lemahnya rasa qana’ah yg ada pd diri kita dan betapa kuatnya rasa cinta kita kepada dunia.
Tafsir kehidupan yg baik dgn anugerah berupa rezeki yg halal dan baik semasa di dunia menunjukkan bahwa hal itu merupakan nikmat yg harus kita usahakan. Harta yg melimpah ruah sebenarnya bukanlah suatu nikmat jika diperoleh dgn cara yg tak diridhai oleh Allah. Tapi sayangnya, sebagian besar manusia berkeyakinan harta yg sampai ketangannya meski diperoleh dgn cara yg haram itulah rezeki yg halal. Ingat, kekayaan yg dimiliki akan dimintai pertanggungjawaban dari dua sisi, yaitu bagaimana cara memperolehnya dan bagaimana harta itu dihabiskan. Seorang yg dianugerahi kekayaan melimpah ruah tentu pertanggungjawaban yg akan dituntut dari dirinya di akhirat kelak lebih besar.
3. Mampu merealisasikan syukur kepada AllahSeorang yg qana’ah tentu akan bersyukur kepada-Nya atas rezeki yg diperoleh. Sebaliknya barangsiapa yg memandang sedikit rezeki yg diperolehnya, justru akan sedikit rasa syukurnya, bahkan terkadang dirinya berkeluh-kesah. Nabi pun mewanti-wanti kepada Abu Hurairah,
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا، تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا، تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ
Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yg wara’ niscaya dirimu akan menjadi hamba yg paling taat. Jadilah orang yg qana’ah, niscaya dirimu akan menjadi hamba yg paling bersyukur [HR. Ibnu Majah: 4217].
Seorang yg berkeluh-kesah atas rezeki yg diperolehnya, sesungguhnya tengah berkeluh-kesah atas pembagian yg telah ditetapkan Rabb-nya. Barangsiapa yg mengadukan minimnya rezeki kepada sesama makhluk, sesungguhnya dirinya tengah memprotes Allah kepada makhluk. Seseorang pernah mengadu kepada sekelompok orang perihal kesempitan rezeki yg dialaminya, maka salah seorang diantara mereka berkata, Sesungguhnya engkau ni tengah mengadukan Zat yg menyayangimu kepada orang yg tak menyayangimu [Uyun al-Akhbar karya Ibnu Qutaibah 3/206].
4. Memperoleh keberuntunganRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa seorang yg qana’ah akan mendapatkan keberuntungan.
Fudhalah bin Ubaid radhiallalahu ‘anhu pernah mendengar nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
طُوبَى لِمَنْ هُدِيَ إِلَى الإِسْلَامِ، وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا وَقَنَعَ
Keberuntungan bagi seorang yg diberi hidayah untk memeluk Islam, kehidupannya cukup dan dia merasa qana’ah dgn apa yg ada [HR. Ahmad 6/19; Tirmidzi 2249].
Abdullah bin Amr mengatakan bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ
Sungguh beruntung orang yg memeluk Islam, diberi rezki yg cukup dan Allah menganugerahi sifat qana’ah atas apa yg telah diberikan-Nya [HR. Muslim: 1054; Tirmidzi: 2348].
5. Terjaga dari berbagai dosaSeorang yg qana’ah akan terhindar dari berbagai akhlak buruk yg dpt mengikis habis pahala kebaikannya seperti hasad, namimah, dusta dan akhlak buruk lainnya. Faktor terbesar yg mendorong manusia melakukan berbagai akhlak buruk tersebut adlh tak merasa cukup dgn rezeki yg Allah berikan, tamak akan dunia dan kecewa jika bagian dunia yg diperoleh hanya sedikit. Semua itu berpulang pd minimnya rasa qana’ah.
Jika seseorang memiliki sifat qana’ah, bagaimana bisa dia melakukan semua akhlak buruk di atas? Bagaimana bisa dlm hatinya timbul kedengkian, padahal dia telah ridha terhadap apa yg telah ditakdirkan Allah?
Abdullah bin Mas’ud radhiallalhu ‘anhu mengatakan,
الْيَقِينُ أَنْ لَا تُرْضِيَ النَّاسَ بِسُخْطِ اللَّهِ، وَلَا تَحْسُدَ أَحَدًا عَلَى رِزْقِ اللَّهِ، وَلَا تَلُمْ أَحَدًا عَلَى مَا لَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ، فَإِنَّ الرِّزْقَ لَا يَسُوقُهُ حِرْصُ حَرِيصٍ، وَلَا يَرُدُّهُ كَرَاهَةُ كَارِهٍ، فَإِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى - بِقِسْطِهِ وَعِلْمِهِ وَحُكْمِهِ - جَعَلَ الرَّوْحَ وَالْفَرَحَ فِي الْيَقِينِ وَالرِّضَا، وَجَعَلَ الْهَمَّ وَالْحُزْنَ فِي الشَّكِّ وَالسُّخْطِ
Al Yaqin adlh engkau tak mencari ridha manusia dgn kemurkaan Allah, engkau tak dengki kepada seorangpun atas rezeki yg ditetapkan Allah, dan tak mencela seseorang atas sesuatu yg tak diberikan Allah kepadamu. Sesungguhnya rezeki tak akan diperoleh dgn ketamakan seseorang dan tak akan tertolak karena kebencian seseorang. Sesungguhnya Allah ta’ala -dengan keadilan, ilmu, dan hikmah-Nya- menjadikan ketenangan dan kelapangan ada di dlm rasa yakin dan ridha kepada-Nya sserta menjadikan kegelisahan dan kesedihan ada di dlm keragu-raguan (tidak yakin atas takdir Allah) dan kebencian (atas apa yg telah ditakdirkan Allah) [Diriwayatkan Ibnu Abid Dunya dlm Al Yaqin (118) dan Al Baihaqi dlm Syu'abul Iman (209)].
Sebagian ahli hikmah mengatakan, Saya menjumpai yg mengalami kesedihan berkepanjangan adlh mereka yg hasad sedangkan yg memperoleh ketenangan hidup adlh mereka yg qana’ah [Al Qana’ah karya Ibnu as-Sunni hlm. 58].
6. Kekayaan sejati terletak pd sifat qana’ahQana’ah adlh kekayaan sejati. Oleh karenanya, Allah menganugerahi sifat ni kepada nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman,
وَوَجَدَكَ عَائِلًا فأغنى
Dan Dia menjumpaimu dlm keadaan tak memiliki sesuatu apapun, kemudian Dia member kekayaan (kecukupan) kepadamu [QS. Adh-Dhuha: 8].
Ada ulama yg mengartikan bahwa kekayaan dlm ayat tersebut adlh kekayaan hati, karena ayat ni termasuk ayat Makkiyah (diturunkan sebelum nabi hijrah ke Madinah). Dan pd saat itu, sudah dimaklumi bahwa nabi memiliki harta yg minim [Fath al-Baari 11/273].
Hal ni selaras dgn hadits-hadits nabi yg menjelaskan bahwa kekayaan sejati itu letaknya di hati, yaitu sikap qana’ah atas apa yg diberikan-Nya, bukan terletak pd kuantitas harta. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Kekayaan itu bukanlah dgn banyaknya kemewahan dunia, akan tetapi kekayaan hakiki adlh kekayaan (kecukupan) dlm jiwa (hati) [HR. Bukhari: 6446; Muslim: 1051].
Abu Dzar radhiallalhu ‘anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya, Wahai Abu Dzar apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itu adlh kekakayaan sebenarnya? Saya menjawab, Iya, wahai rasulullah. Beliau kembali bertanya, Dan apakah engkau beranggapan bahwa kefakiran itu adlh dgn sedikitnya harta? Diriku menjawab, Benar, wahai rasulullah. Beliau pun menyatakan, Sesungguhnya kekayaan itu adlh dgn kekayaan hati dan kefakiran itu adlh dgn kefakiran hati [HR. An-Nasaai dlm al-Kubra: 11785; Ibnu Hibban: 685].
Apa yg dinyatakan di atas dpt kita temui dlm realita kehidupan sehari-hari. Betapa banyak mereka yg diberi kenikmatan duniawi yg melimpah ruah, dpt digunakan untk memenuhi kebutuhan diri dan keturunannya selama berpuluh-puluh tahun, tapi tetap tak merasa cukup sehingga ketamakan telah merasuk ke dlm urat nadi mereka. Dalam kondisi demikian, bagaimana lagi dia bisa perhatian terhadap kualitas keagamaan yg dimiliki, bukankah waktunya dicurahkan untk memperoleh tambahan dunia?
Sebaliknya, betapa banyak mereka yg tak memiliki apa-apa dianugerahi sifat qana’ah sehingga merasa seolah-olah dirinyalah orang terkaya di dunia, tak merendahkan diri di hadapan sesama makhluk / menempuh jalan-jalan yg haram demi memperbanyak kuantitas harta yg ada.
Rahasianya terletak di hati sebagaimana yg telah dijelaskan. Oleh karena pentingnya kekayaan hati ini, Umar radhilallahu ‘anhu pernah berpesan dlm salah satu khutbahnya,
تَعْلَمُونَ أَنَّ الطَّمَعَ فَقْرٌ، وَأَنَّ الْإِيَاسَ غِنًى، وَإِنَّهُ مَنْ أَيِسَ مِمَّا عِنْدَ النَّاسِ اسْتَغْنَى عَنْهُمْ
Tahukah kalian sesungguhnya ketamakan itulah kefakiran dan sesungguhnya tak berangan-angan panjang merupakan kekayaan. Barangsiapa yg tak berangan-angan memiliki apa yg ada di tangan manusia, niscaya dirinya tak butuh kepada mereka [HR. Ibnu al-Mubarak dlm az-Zuhd: 631].
Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu pernah berwasiat kepada putranya, Wahai putraku, jika dirimu hendak mencari kekayaan, carilah dia dgn qana’ah, karena qana’ah merupakan harta yg tak akan lekang [Uyun al-Akhbar : 3/207].
Abu Hazim az-Zahid pernah ditanya,
مَا مَالُكَ؟
Apa hartamu,
beliau menjawab,
لِي مَالَانِ لَا أَخْشَى مَعَهُمَا الْفَقْرَ: الثِّقَةُ بِاللَّهِ، وَالْيَأْسُ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ
Saya memiliki dua harta dan dgn keduanya saya tak takut miskin. Keduanya adlh ats-tsiqqatu billah (yakin kepada Allah atas rezeki yg dibagikan) dan tak mengharapkan harta yg dimiliki oleh orang lain [Diriwayatkan Ad Dainuri dlm Al Mujalasah (963); Abu Nu'aim dlm Al Hilyah 3/231-232].
Sebagian ahli hikmah pernah ditanya, Apakah kekayaan itu? Dia menjawab, Minimnya angan-anganmu dan engkau ridha terhadap rezeki yg mencukupimu [Ihya ‘Ulum ad-Diin 3/212].
7. Memperoleh kemuliaanKemuliaan terletak pd sifat qana’ah sedangkan kehinaan terletak pd ketamakan. Mengapa demikian, karena seorang yg dianugerahi sifat qana’ah tak menggantungkan hidupnya pd manusia, sehingga dirinya pun dipandang mulia. Adapun orang yg tamak justru akan menghinakan dirinya di hadapan manusia demi dunia yg hendak diperolehnya. Jibril ‘alaihissalam pernah berkata,
يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُ اللَّيْلِ وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ
Wahai Muhammad, kehormatan seorang mukmin terletak pd shalat malam dan kemuliaannya terletak pd ketidakbergantungannya pd manusia [HR. Hakim: 7921].
Al Hasan berkata,
لَا تَزَالُ كَرِيمًا عَلَى النَّاسِ - أَوْ لَا يَزَالُ النَّاسُ يُكْرِمُونَكَ مَا لَمْ تُعَاطِ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ اسْتَخَفُّوا بِكَ، وَكَرِهُوا حَدِيثَكَ وَأَبْغَضُوكَ
Engkau akan senantiasa mulia di hadapan manusia dan manusia akan senantiasa memuliakanmu selama dirimu tak tamak terhadap harta yg mereka miliki. Jika engkau melakukannya, niscaya mereka akan meremehkanmu, membenci perkataanmu dan memusuhimu [Al-Hilyah: 3/20].
Al Hafizh Ibnu Rajab mengatakan,
وَقَدْ تَكَاثَرَتِ الْأَحَادِيثُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْأَمْرِ بِالِاسْتِعْفَافِ عَنْ مَسْأَلَةِ النَّاسِ وَالِاسْتِغْنَاءِ عَنْهُمْ، فَمَنْ سَأَلَ النَّاسَ مَا بِأَيْدِيهِمْ، كَرِهُوهُ وَأَبْغَضُوهُ؛ لِأَنَّ الْمَالَ مَحْبُوبٌ لِنُفُوسِ بَنِي آدَمَ، فَمَنْ طَلَبَ مِنْهُمْ مَا يُحِبُّونَهُ، كَرِهُوهُ لِذَلِكَ
Begitu banyak hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yg memerintahkan untk bersikap ‘iifah (menjaga kehormatan) untk tak meminta-minta dan tak bergantung kepada manusia. Setiap orang yg meminta harta orang lain, niscaya mereka akan tak suka dan membencinya, karena harta merupakan suatu hal yg amat dicintai oleh jiwa anak Adam. Oleh karenanya, seorang yg meminta orang lain untk memberikan apa yg disukainya, niscaya mereka akan membencinya [Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam 2/205].
Kepemimpinan dlm agama yg identik dgn kemuliaan pun dpt diperoleh jika seorang ‘alim tak menggantungkan diri kepada manusia, sehingga mereka tak direpotkan dgn berbagai kebutuhan hidup yg dituntutnya. Seyogyanya manusia membutuhkan sang ‘alim karena ilmu, fatwa dan nasehatnya. Mereka bukannya butuh ketamakan dari sang ‘alim. Seorang Arab badui pernah bertanya kepada penduduk Bashrah,
مَنْ سَيِّدُ أَهْلِ هَذِهِ الْقَرْيَةِ؟ قَالُوا: الْحَسَنُ، قَالَ: بِمَا سَادَهُمْ؟ قَالُوا: احْتَاجَ النَّاسُ إِلَى عِلْمِهِ، وَاسْتَغْنَى هُوَ عَنْ دُنْيَاهُمْ
Siapa tokoh agama di kota ini? Penduduk Bashrah menjawab, Al Hasan. Arab badui bertanya kembali, Dengan apa dia memimpin mereka? Mereka menjawab, Manusia butuh kepada ilmunya, sedangkan dia tak butuh dunia yg mereka miliki [Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam 2/206].
["Al Qana’ah, Mafhumuha, Manafi’uha, ath-Thariqu ilaiha", karya Ibrahim bin Muhammad al-Haqil disertai beberapa penambahan].
FAEDAH QANA'AH

Sumber : http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/7-faedah-qonaah.html

0 Response to "FAEDAH QANA'AH - Al Qur'an"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *