This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Membongkar Fakta Kebusukan Kapitalis Rokok

Membongkar Fakta Kebusukan Kapitalis Rokok
lusihkas.blogspot.com - Saya akan menyampaikan beberapa hal tentang buku "A Giant Pack of Lies", yg saya tulis bersama tim AJI Jakarta. Awal 2012, buku yg mengulas betapa digdaya dan berkuasa industri rokok di Indonesia ni terbit. Sampai hari ini, masih banyak yg menanyakan di mana bisa membeli buku tersebut. Sayang, buku tersebut belum dicetak ulang. Buku ni cukup menguras emosi, 3 laptop, 1 kamera, 2 hard disk eksternal saya "dicuri" dlm proses pembuatannya. Saya didatangi lobbyist dari Singapura, menawarkan beasiswa S2, PhD, di mana pun. Syaratnya, lupakan urusan buku. Berbagai hal tersebut justru membuat saya dkk makin bertekad.

Dengan segala liku-liku, akhirnya buku terbit di awal 2012. Karena modal cekak, buku tak masuk ke jaringan toko dan hanya beredar khusus buat yg berminat. Sengaja saya tak terima funding asing untk cetak ulang. Agar tak ada tuduhan bahwa ni buku hasil kepentingan asing. Buku ni semata didorong keberpihakan pd kepentingan publik. Sama sekali tak ada urusan dgn kepentingan asing. Buku ni saya buka dgn bab 1 yg berjudul "SAYA TIDAK ANTI ROKOK". Itu sikap saya. Yang saya soroti terutama arsip "TOP SECRET Tobacco Document" di perpustakaan University California San Fransisco.

Di situ terungkap aksi agresif yg membuat anak-anak jadi perokok usia dini, yg di Indonesia meningkat 500% pd tahun 90-an. Tumpukan dok rahasia ni adlh milik 7 raksasa industri rokok yg diperintahkan pengadilan AS menyetor seluruh arsip. Kenapa? Karena banyak gugatan konsumen menemui jalan buntu lantaran industri tak mau membeberkan data. 3000an dari 40 ribu berkas dokumen di perpustakaan UCSF itu mengenai sepak terjang Philip Morris, BAT, di Indonesia. Tentang praktik mempengaruhi regulasi, melobi parlemen, membayar ilmuwan & wartawan, demi menguasai pasar rokok di sini.

Dalam salah satu dokumen, terungkap jg mereka menyewa detektif untk memata-matai beberapa aktivis proregulasi rokok. Saya ingin klarifikasi: Buku saya tak menganjurkan industri rokok ditutup, tak melarang petani tanam tembakau. Karena pasar perokok di negeri ni besar: 60-80 juta perokok, mereka tak mungkin berhenti merokok hanya karena ada regulasi. Pasar perokok yg besar itu tentu butuh industri & petani tembakau. Tapi, harus ada etika tak menyasar anak muda. 3000an file TOP SECRET yg saya teliti mengungkapkan strategi industri rokok menggarap pasar Indonesia yg ranum. Pasar yg aduhai: banyak anak muda, edukasi rendah, pemerintahnya tak peduli public health, parlemen gampang dibayar.

Dok Juli, 1992, menunjukkan BAT di London & Jakarta menggagalkan pasal RUU Kesehatan 1992, yg menyebut rokok adiktif. Operasi berhasil hanya dlm 4 bulan. September 1992, UU Kesehatan disahkan tanpa menyebut rokok sebagai produk adiktif. Resonansi kejadian itu muncul dlm skandal penghilangan ayat yg menyebut rokok sebagai adiktif dlm UU Kesehatan 2003. Skandal terbukti. Ribka Tjiptaning, yg memerintah staf DPR mencabut ayat tersebut, hanya dikenai sanksi administratif.

Membongkar Fakta Kebusukan Kapitalis Rokok


Giant Pack of Lies mengundang pro-kontra. Reaksi paling menyakitkan adlh bahwa upaya mendorong regulasi rokok ni didalangi asing. Kubu kontra regulasi rokok berargumen bahwa regulasi rokok berarti membunuh petani tembakau. Dramaqueen. Lebay. Regulasi rokok tak akan membunuh industri & petani tembakau. Bagaimana bisa mati wong ada 80 juta perokok di negeri ini?
Faktanya, justru industri yg ogah mau beli tembakau petani. Justru impor tembakau dari Cina & Brazil terus meningkat. Praktik ijon, tengkulak, blandong, membuat harga jatuh saat panen. Akibatnya, petani terbelit utang. Di Lombok, bahkan ada petani yg bunuh diri masuk oven pengering daun tembakau gara-gara tak bisa bayar utang.

Jadi, sebenarnya yg menyusahkan petani tembakau justru ulah industri & tata niaga tembakau. Bukan regulasi rokok. Regulasi rokok hanya sedikiiittt upaya mengerem agresivitas industri menyasar anak muda sebagai target pasar. Supaya baliho, iklan rokok, tak mengepung kita dari segala penjuru. Anak-anak pun tak boleh membeli rokok secara bebas. Regulasi jg bertujuan melindungi perokok pasif terpapar asap rokok secara membabi-buta. Hanya itu saja, kok. Mengerem laju anak terjerat rokok terlalu dini. Kalau sudah dewasa, sih, terserah mana suka. Tapi industri kalang kabut.

Segala daya digelar, menghilangkan ayat UU, disinformasi bahwa petani tak boleh tanam tembakau. Semua jurus digelar. Dibuatlah kesan bhw kalau regulasi diterapkan, pabrik rokok mati besok pagi. Lebay. Yang jg selalu dibawa adalah: kenapa cuma ribut soal rokok? Bagaimana dgn asap knalpot, kolesterol, yg jg bahaya? Kenapa nggak dilarang sekalian warung padang? Bukankah kolesterol dlm tunjang, yg sedap, itu jg bahaya? Tentu kolesterol, timbal, dll jg bahaya. Tak sedikit upaya membangun kesadaran terhadap hal itu. Lalu bayangkan anak balita, yg bapaknya merokok di rumah. Betapa si anak terpapar asap rokok tanpa punya pilihan. Apa yg bisa dilakukan balita, janin dlm kandungan, yg terpapar asap rokok? Mau lari? Kos di rumah tetangga?

Saya yakin kesadaran kesehatan terus meningkat, dgn sendirinya konsumsi rokok berkurang dan perokok lebih santun. Kesadaran kesehatan itu sebuah keniscayaan. Industri rokok tak akan mampu membendungnya. Ini cuma soal waktu.


Jika tertarik, sila donlot versi pdf DISINI

other source : http://dailymotion.com, http://hajingfai.blogspot.com, http://docstoc.com

0 Response to "Membongkar Fakta Kebusukan Kapitalis Rokok"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *