This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Wahabi adalah Golongan Musyabbihah & Mujassimah - Fiqh

Wahabi adalah Golongan Musyabbihah & Mujassimahlusihkas.blogspot.com - Tanya : Saya sering membaca beberapa tulisan berikut perkataan beberapa orang yg mengatakan Wahabi itu adlh golongan musyabihah dan mujasimah. Sesat. Itu dikarenakan mereka menyamakan Allah dgn makhluk-Nya. Sebagai orang Wahabi, menurut Anda apakah semua hal itu benar?Jawab : Perkataan-perkataan semacam itu memang banyak dituliskan dan diucapkan oleh orang yg anti terhadap dakwah tauhid yg dibawa oleh Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil-Wahhaab rahimahumallah sehingga mereka menyebutnya ‘Wahabi’. Bahkan era sebelum itu, yaitu untk Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnul-Qayyim rahimahumallah, mereka jg dituduh sebagai Wahabi. Ini kan namanya tuduhan yg membabi buta.
‘Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah dlm sifat-sifat Allah ta’ala adlh beriman kepada sifat-sifat-Nya sebagaimana yg terdapat dlm kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam tanpa tahrif, ta’thil, takyif, dan tasybih/tamtsil, serta mengimani bahwa Allah itu tak serupa dgn sesuatu apapun. Tanpa tahriif artinya tanpa menyelewengkannya dari makna yg benar. Tanpa ta'thiil artinya tanpa meniadakan/mengingkarinya (sifat-sifat Allah), baik sebagian / seluruhnya. Tanpa takyiif artinya tanpa menanyakan bagaimana hakekat sebenarnya dari sifat Allah. Tanpa tamtsiil/tasybiih artinya tanpa menyamakan sifat-sifat Allah ta'ala dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil-Wahhaab rahimahumallah berkata:
الذي نعتقد وندين الله به، هو مذهب سلف الأمة وأئمتها من الصحابة والتابعين،والتابعين لهم بإحسان من الأئمة الأربعة وأصحابهم رضي الله عنهم.
وهو الإيمان بآيات الصفات وأحاديثها، والإقرار بها وإمرارها كما جاءت من غير تشبيه ولا تمثيل، ولا تعطيل، قال تعالى (وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيرًا) (النساء: 115).
"Sesuatu yg kami yakini dan kami beragama kepada Allah dengannya adlh madzhab salaful-ummah dan para imamnya dari kalangan shahabat, taabi'iin, dan yg mengikuti mereka dgn baik dari imam yg empat dan para pengikutinya radliyallaahu 'anhum. Yaitu, beriman kepada ayat-ayat dan hadits-hadits sifat, mengakuinya, membiarkannya sebagaimana datangnya, tanpa tasybiih, tamtsiil, dan ta'thiil. Allah ta'ala berfirman : 'Dan barang siapa yg menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yg bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yg telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dlm Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali' (QS. An-Nisaa' : 115)" [Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil-Wahhaabm 'Aqiidatuhu As-Salafiyyah wa Da'watuhu Al-Ishlaahiyyah oleh Ahmad bin Hajar Aalu Buuthaamiy, hal. 51]. Inilah 'aqidah yg Anda sebut 'aqiidah 'Wahabi'. Lantas, dimanakah gambaran tasybiih dari beliau rahimahullah ". Bagaimana bisa dikatakan musaybbih sedangkan beliau sendiri mengingkari tasybiih ?. Seandainya ada orang yg menuduh beliau rahimahullah penganut paham musyabbihah (menyerupakan Allah dgn makhluk-Nya) hanya dikarenakan menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yg ada dlm Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagaimana dhahirnya, maka Allah ta'ala berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Tidak ada sesuatu pun yg serupa dgn Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat" [QS. Asy-Syuuraa : 11]. Dalam ayat di atas Allah ta'ala telah menetapkan bagi diri-Nya sifat mendengar dan melihat, tapi Allah pun berfirman bahwa Ia berbeda dgn makhluk-Nya. Artinya, Allah ta'ala mempunyai sifat mendengar dan melihat, tapi kedua sifat tersebut berbeda dgn makhluk-Nya; karena sifat-sifat Allah mengandung kesempurnaan tanpa ada aib, cacat, / kekurangan. Begitu jg dgn sifat-sifat Allah ta'ala yang lain seperti pengasih, penyayang, mencintai, marah, gembira, mempunyai tangan, mempunyai mata, dan yg lainnya yg disebutkan dlm nash-nash. Allah ta’ala berfirman:
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ
"Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yg menghalangi kamu sujud kepada yg telah Ku-ciptakan dgn kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yg (lebih) tinggi?" [QS. Shaad : 75]. Ayat tersebut sebagai dalil bahwa Allah ta'ala mempunyai tangan dlm makna yg sebenarnya, sedangkan tangan-Nya berbeda dgn tangan makhluk. Tangan dlm ayat tersebut bukan diartikan dgn kekuasaan / kekuatan. Hal ni sebagaimana yg dipahami kaum salaf, diantaranya 'Abdullah bin 'Umar radliyallaahu 'anhumaa:
خَلَقَ اللَّهُ أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ بِيَدِهِ: الْعَرْشُ، وَالْقَلَمُ، وَعَدْنٌ، وَآدَمُ، ثُمَّ قَالَ لِسَائِرِ الْخَلْقِ: كُنْ فَكَانَ
Allah menciptakan empat hal dgn tangan-Nya : Al-‘Arsy, Al-Qalam (pena), (surga) Al-‘Adn, dan Aadam. Kemudian Allah berfirman kepada seluruh makhluk : ‘Jadilah’, maka jadilah ia [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy dlm Naqdud-Daarimiy ‘alaa Bisyr Al-Maarisiy no. 44 & 112, Al-Haakim 2/319, Al-Baihaqiy dlm Al-Asmaa’ wash-Shifaat 2/126 no. 693, Al-Aajurriy dlm Asy-Syarii’ah 2/130 no. 801, Abusy-Syaikh dlm Al-‘Adhamah 2/578-579 no. 213 & 5/1555-1556 no. 1018, dan l-Laalikaa’iy dlm Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 729]; shahih. Hanya saja mungkin sebagian orang salah paham bahwa dgn adanya penetapan sifat-sifat seperti itu dianggap sebagai tasybiih dan orangnya dicap musyabbihah. Jelas, ni kekeliruan fatal dan menunjukkan kebodohan mereka akan makna tasybiih tersebut. Hanbal bin Ishaaq rahimahumallah berkata:
قُلْتُ لأَبِي عَبْدِ اللَّهِ: وَالْمُشَبِّهَةُ مَا يَقُولُونَ؟ قَالَ: بَصَرٌ كَبَصَرِي، وَيَدٌ كَيَدِي، وَقَدَمٌ كَقَدَمِي، فَقَدْ شَبَّهَ اللَّهَ بِخَلْقِهِ وَهَذَا كَلامُ سُوءٍ، وَالْكَلامُ فِي هَذَا لا أُحِبُّهُ، وَأَسْمَاؤُهُ وَصِفَاتُهُ غَيْرُ مَخْلُوقَةٍ، نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الزَّلَلِ، وَالارْتِيَابِ، وَالشَّكِّ، إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah : Tentang Musyabbihah, apa yg sebenarnya mereka katakan ?. Ia menjawab : Penglihatan (Allah) seperti penglihatanku, tangan (Allah) seperti tanganku, telapak kaki seperti telapak kakiku. Mereka telah menyerupakan Allah dgn makhluk-Nya. Perkataan ni adlh perkataan yg jelek, dan pembicaraan tentang hal ni tak aku sukai. Nama-nama dan sifat-sifat-Nya bukanlah makhluk. Kami berlindung kepada Allah dari ketergelinciran dan keraguan. Sesunggahnya Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu (QS. Al-Fushshilat : 39) [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dlm Al-Ibaanatul-Kubraa, 3/327]. Ibnul-Jauziy rahimahullah berkata:
والمشبهة يقولون: لله بصر كبصري ويد كيدي،
Dan orang Musyabbihah berkata : Allah memiliki penglihatan seperti penglihatanku dan (memilik) tangan seperti tanganku... [Talbiis Ibliis, hal. 31]. Nu’aim bin Hammad Al-Khuzaa’iy rahimahullah :
مَنْ شَبَّهَ اللَّهَ بِشَيْءٍ مِنْ خَلْقِهِ فَقَدْ كَفَرَ، وَمَنْ أَنْكَرَ مَا وَصَفَ اللَّهُ بِهِ نَفْسَهُ فَقَدْ كَفَرَ، فَلَيْسَ مَا وَصَفَ اللَّهُ بِهِ نَفْسَهُ وَرَسُولُهُ تَشْبِيهٌ
Barangsiapa yg menyerupakan Allah dgn sesuatu dari makhluk-Nya, maka ia telah kafir. Barangsiapa yg mengingkari apa-apa yg disifatkan Allah bagi diri-Nya, maka ia telah kafir. Dan tidaklah apa yg disifatkan Allah bagi diri-Nya dan (yang disifatkan) Rasul-Nya itu sebagai satu penyerupaan (tasybiih) [Diriwayatkan oleh Al-Laalikaa’iy dlm Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 936. Lihat Mukhtashar Al-’Uluuw, hal. 184 no. 216]. Ishaaq bin Rahawaih rahimahumallah berkata:
إِنَّمَا يَكُونُ التَّشْبِيهُ إِذَا قَالَ: يَدٌ كَيَدٍ أَوْ مِثْلُ يَدٍ أَوْ سَمْعٌ كَسَمْعٍ أَوْ مِثْلُ سَمْعٍ، فَإِذَا قَالَ: سَمْعٌ كَسَمْعٍ أَوْ مِثْلُ سَمْعٍ فَهَذَا التَّشْبِيهُ، وَأَمَّا إِذَا قَالَ: كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: " يَدٌ وَسَمْعٌ وَبَصَرٌ " وَلَا يَقُولُ كَيْفَ، وَلَا يَقُولُ مِثْلُ سَمْعٍ وَلَا كَسَمْعٍ، فَهَذَا لَا يَكُونُ تَشْبِيهًا، وَهُوَ كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابهِ: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tasybih itu hanya terjadi ketika seseorang itu mengatakan : ‘Tangan (Allah) seperti tangan (makhluk), pendengaran (Allah) seperti pendengaran (makhluk). Jika ia berkata : ‘Pendengaran (Allah) seperti pendengaran (makhluk)’, maka inilah yg dinamakan tasybih (penyerupaan). Adapun jika seseorang mengatakan seperti firman Allah : ’Tangan, pendengaran, penglihatan’ , kemudian ia tak mengatakan : ’bagaimana’ dan tak pula mengatakan ’seperti’ pendengaran makhluk; maka itu tak termasuk tasybih. Dan itu sebagaimana firman Allah ta’ala : ‘Tidak ada sesuatupun yg serupa dgn Dia, dan Dia-lah yg Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. Asy-Syuuraa : 11) [Sunan At-Tirmidziy, 2/43]. Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :
ومُحالٌ أن يكون مَن قال عن اللهِ ما هو في كتابه منصوصٌ مُشبهًا إذا لم يُكيّف شيئا، وأقرّ أنه ليس كمثله شيء
"Dan tidaklah mungkin terjadi pd orang yg berbicara tentang Allah sesuatu yg ternashkan dlm kitab-Nya disebut sebagai musyabbih, ketika ia tak men-takyif-nya sedikitpun dan mengatakan tak ada sesuatupun yg serupa dengan-Nya [Al-Istidzkaar, 8/150]. Adz-Dzahabiy rahimahullah berkata :
ليس يلزم من إثبات صفاته شيء من إثبات التشبيه والتجسيم، فإن التشبيه إنما يقال: يدٌ كيدنا ... وأما إذا قيل: يد لا تشبه الأيدي، كما أنّ ذاته لا تشبه الذوات، وسمعه لا يشبه الأسماع، وبصره لا يشبه الأبصار ولا فرق بين الجمع، فإن ذلك تنزيه
"Tidaklah penetapan sifat-sifat-Nya mengkonsekuensikan adanya penetapan tasybiih dan tajsiim, karena tasybiih itu hanyalah jika dikatakan : ‘tangan seperti tanganku’...... Adapun jika dikatakan : ‘tangan tapi tak menyerupai tanganku’, sebagaimana Dzaat-Nya tak menyerupai dzat-dzat makhluk, pendengaran-Nya tak menyerupai pendengaran-pendengaran makhluk, dan penglihatan tak menyerupai penglihatan-penglihatan makhluk, maka itulah yg disebut tanziih [Al-Arba’iin min Shifaati Rabbil-‘Aalamiin, hal. 104]. Apa yg dpt kita simpulkan dari perkataan para imam di atas ?. Tasybiih itu hanya terjadi bagi orang yg berstatement bahwa sifat Allah sama seperti sifat makhluk. Tuduhan-tuduhan yg diarahkan kepada Ahlus-Sunnah yg menetapkan sifat Allah ta'ala sebagaimana yg disebutkan dlm dhahir nash sebagai musyabbihah atau mujassimah sudah ada semenjak dahulu. Semua itu dilontarkan oleh orang-orang Jahmiyyah dan ahlul-bida' yg sudah dikenal sesatnya. Ishaaq bin Rahawaih rahimahumallah berkata:
عَلامَةُ جَهْمٍ وَأَصْحَابِهِ دَعْوَاهُمْ عَلَى أَهْلِ الْجَمَاعَةِ، وَمَا أُولِعُوا بِهِ مِنَ الْكَذِبِ، إِنَّهُمْ مُشَبِّهَةٌ، بَلْ هُمُ الْمُعَطِّلَةُ
Tanda-tanda Jahm dan pengikut-pengikutnya (orang-orang Jahmiyyah) adlh tuduhan mereka terhadap Ahlul-Jamaa’ah, dan betapa senang mereka untk berdusta, bahwa mereka (Ahlus-Sunnah) adlh Musyabbihah, tapi mereka (Jahmiyyah)-lah yg justru Mu’aththilah (orang-orang yg meniadakan sifat-sifat Allah).... [Diriwayatkan oleh Al-Laalikaa’iy dlm Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 937]. Abul-Qaasim Al-Ashbahaaniy rahimahullah berkata:
فصل فِي الرد عَلَى الجهمية الَّذِي أنكروا صفات اللَّه عَزَّ وَجَلَّ وسموا أهل السنة مشبهة
Pasal tentang Bantahan terhadap Jahmiyyah yg mengingkari sifat-sifat Allah ‘azza wa jalla dan menamai Ahlus-Sunnah sebagai Musyabbihah[Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah].
وإذا رأيت الرجل يسمي أهل الحديث حشوية، أو مشبهة، أو ناصبة فأعلم أنه مبتدع
Apabila engkau melihat seseorang yg menamakan Ahlul-Hadiits sebagai Hasyawiyyah, Musyabbihah, / Naashibab, maka ketahuilah ia seorang mubtadi’[idem].
فهؤلاء أهل السنة والمتمسكون بالصواب والحق وليس هم بالمشبهة من شبهوا هؤلاء إِنما آمنوا بما جاء به الحديث، هؤلاء مؤمنون مصدقون بما جاء به النَّبِيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ والكتاب والسنة .
Mereka, yaitu Ahlus-Sunnah yg berpegang teguh kepada kebenaran dan al-haq, bukanlah Musyabbihahyang melakukan tasybiih. Mereka hanyalah beriman kepada kandungan hadits. Mereka beriman dan membenarkan apa yg dibawa oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, Al-Kitaab, dan As-Sunnah [idem]. Qutaibah bin Sa’iid rahimahullah berkata:
إِذَا قَالَ الرَّجُلُ: الْمشبهة فَاحْذَرُوهُ، فَإِنَّهُ يَرَى رَأْيَ جَهْمٍ
Apabila seseorang berkata (kepada Ahlus-Sunnah) : ‘Musyabbihah', maka waspadalah, karena ia menganut pendapat Jahm (Jahmiyyah)[Diriwayatkan oleh Abu Ahmad Al-Haakim dlm Syi’aar Ashhaabil-Hadiits no. 12 dan Ibnu ‘Asaakir dlm Jam’ul-Juyuusy no. 85]. Abu Haatim Ar-Raaziy rahimahullah berkata:
وَعَلامَةُ أَهْلِ الْبِدَعِ الْوَقِيعَةُ فِي أَهْلِ الأَثَرِ، وَعَلامَةُ الزَّنَادِقَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ حَشْوِيَّةً يُرِيدُونَ إِبْطَالَ الآثَارِ. وَعَلامَةُ الْجَهْمِيَّةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ مُشَبِّهَةً......
Tanda Ahlul-Bida’ adlh mencela Ahlul-Atsar. Tanda orang-orang Zanaadiqah adlh penamaan mereka terhadap Ahlus-Sunnah sebagai Hasyawiyyah karena mereka ingin membatalkan atsar-atsar. Tanda orang-orang Jahmiyyah adlh penamaan mereka terhadap Ahlus-Sunnah dgn Musyabbihah..... [Diriwayatkan oleh Al-Laalikaa’iy dlm Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 321]. Abu ‘Utsmaan Ash-Shaabuuniy rahimahullah berkata:
وعلامات البدع على أهلها بادية ظاهرة، وأظهر آياتهم وعلاماتهم شدة معاداتهم لحملة أخبار الني صلى الله عليه وسلم، واحتقارهم لهم وتسميتهم إياهم حشوية وجهلة وظاهرية ومشبهة.....
Tanda-tanda bid’ah yg ada pd ahlul-bid’ah adlh sangat jelas. Dan tanda-tanda yg paling jelas adlh permusuhan mereka terhadap pembawa khabar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam (yaitu para ahlul-hadits), memandang rendah mereka, serta menamai mereka sebagai hasyawiyyah, orang-orang bodoh, dhahiriyyah, dan musyabbihah..... [‘Aqiidatu Ashhaabil-Hadiits, hal. 102]. Sudah menjadi ketentuan kauniy dari Allah ta'ala bahwa para penganut pemikiran Jahmiyyah ni masih ada dan banyak hingga sekarang, yg menghalangi dakwah sunnah dan ketauhidan. Siapakah mereka ? Bukan terlalu sulit bagi Anda untk menjawabnya.Wallaahul-musta'aan.
[abul-jauzaa' - senayan, Jakarta - 27052015 - 13:18].

other source : http://merdeka.com, http://abul-jauzaa.blogspot.com, http://log.viva.co.id

0 Response to "Wahabi adalah Golongan Musyabbihah & Mujassimah - Fiqh"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *