This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Ciri Observasi & Pengamatan Partisipan Menurut Ahli

lusihkas.blogspot.com - Ciri-Ciri Observasi dan Pengamatan Partisipan Menurut Ahli - Artikel ni akan membahas tentang ciri-ciri observasi dan pengamatan partisipan. Melalui makalah ni diharapkan mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai ciri observasi dan pengamatan partisipan.

Ciri-Ciri Observasi

1) Persyaratan lain disamping diterapkannya prinsip triangulasi, maka agar hasil observasi dpt dipertanggung jawabkan kebenarannya perlu adanya latihan untk melakukan observasi, dan telah dimilikinya secara mantap pengetahuan teoritis / konseptual dlm bidang / masalah yg diobservasi oleh si peneliti. Atau dgn kata lain peneliti telah memiliki kepekaan teoritis (theoretical sensitivity).

2) Pengamatan dpt dimanfaatkan sebesar-besarnya dlm penelitian kualitatif karena mempunyai keunggulan sebagai berikut:
  • Pengamatan yg dilakukan sendiri oleh si peneliti dpt diperoleh kebenaran yg meyakinkan, karena si peneliti dpt secara langsung mengecek kebenaran informasi.
  • Pengamatan memungkinkan si peneliti mampu memahami situasi yg rumit yaitu jika si peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus / tingkah laku yg kompleks.
  • Dengan pengamatan dimungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kegiatan sebagaimana yg sebenarnya.

3) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tak dimungkinkan, pengamatan menjadi alat yg sangat bermanfaat, misalnya mengamati bayi yg belum dpt berbicara, / mengamati orang yg menderita cacat; tuna rungu/tuna wicara, tuna netra, dan lain-lain.

4) Menggaris bawahi pendapat Poerwandari (dalam Basuki, 2006) yg menyatakan bahwa pengamatan diarahkan pd kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yg muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dlm fenomena tersebut. Ini berarti pengamatan harus dilakukan dgn teliti dan cermat, dgn demikian pengamatan tak dpt dilakukan secara bersamaan dgn wawancara, karena tak mungkin pengamatan yg dilakukan bersamaan waktu dgn wawancara akan mendapatkan hasil teliti dan cermat.

5) Mengacu pendapat dari Kerlinger (dalam Basuki, 2006) yg menyatakan pengamatan dlm konteks penelitian kualitatif situasi yg diamati harus realistik dan alami (naturalistik), maka pendapat Banister dkk (dalam Basuki, 2006) yg menyatakan observasi dpt berlangsung dlm konteks laboratorium (eksperimental) maupun konteks alamiah, maka pernyataan bahwa observasi dpt berlangsung dlm konteks laboratorium (eksperimental) harus diartikan observasi tersebut dilakukan dlm rangka penelitian kuantitatif. Disini eksperimen direncanakan dan dilaksanakan oleh si peneliti. Subjek yg diteliti dlm eksperimen penelitian kuantitatif berperan sebagai objek eksperimen. Observasi dpt pula dilakukan dlm penelitian kualitatif apabila eksperimen disusun dan dilakukan oleh peneliti lain, si peneliti mengamati subjek yg diteliti dlm eksperimen tersebut dlm situasi apa adanya. Subjek yg diteliti tak menjadi objek eksperimen dan tak tahu kehadiran observer (eksperimen dgn laboratorium berkaca).

6) Agar dpt berfungsi sebagai metoda dlm penelitian ilmiah pengamatan harus dilakukan sesuai persyaratannya. Apabila hal tersebut dilakukan maka akan memperoleh data yg tepat dan dpt dipertanggung jawabkan (Suparlan, dlm Basuki, 2006). Peneliti dlm penelitian ilmiah dgn menggunakan teknik pengamatan harus memperhatikan 8 (delapan) hal, yaitu: a) ruang / tempat, b) pelaku, c) kegiatan, d) benda-benda / alat-alat, e) waktu, f) peristiwa, g) tujuan, h) perasaan subjek yg diteliti.

7) Mengacu pendapat beberapa penulis Flick (dalam Basuki, 2006) menyatakan terdapat 7 (tujuh) tahap dlm pelaksanaan observasi, yaitu:
  • Melakukan seleksi terhadap setting penelitian.
  • Mendefinisikan apa yg dpt didokumentasikan dlm observasi dan dlm tiap kasus.
  • Melakukan latihan bagi peneliti tentang aturan-aturan yg harus ditaati dlm melakukan pengamatan sesuai fokus-fokus penelitian yg direncanakan.
    Catatan penulis: fokus penelitian dpt berubah sesuai kondisi dilapangan.
  • Mendiskripsikan apa yg akan dilakukan dilapangan.
  • Memokuskan observasi pd aspek-aspek yg relevan dgn pertanyaan penelitian.
  • Menyeleksi apa yg diobservasi dgn mengutamakan aspek-aspek pokok.
  • Mengakhiri observasi apabila tujuan observasi telah tercapai artinya apa yg akan diobservasi tak dpt dikembangkan lagi karena telah sesuai dgn teori yg mendasari, dan tak akan mendapatkan cellpadding="0" cellspacing="0">Ciri Observasi & Pengamatan Partisipan Menurut Ahliimage source: www.linkedin.com
    baca juga: Pengertian Observasi, Metode, dan Contoh Observasi

    PENGAMATAN TERLIBAT (PARTICIPANT OBSERVATION)

    Menurut Suparlan (dalam Basuki, 2006) dlm penelitian etnografi, pengamatan terlibat merupakan metoda yg utama digunakan untk pengumpulan bahan-bahan keterangan kebudayaan disamping metoda-metoda penelitian lainnya. Sedang pendapat penulis pengamatan terlibat merupakan teknik pengumpulan informasi (data) yg sangat penting dlm penelitian kualitatif untk bidang psikologi, karena agar dpt menghayati perasaan, sikap, pola pikir yg mendasari perilaku subjek yg diteliti secara mendalam tak cukup memadai apabila hanya dilakukan dgn wawancara. Keterlibatan langsung si peneliti dlm kehidupan sehari-hari dari subjek yg diteliti dpt memungkinkan hal-hal tersebut tercapai. Selanjutnya menurut Suparlan berbeda dgn metoda-metoda pengamatan lainnya, sasaran dlm pengamatan terlibat adlh orang / pelaku ( subjek yg diteliti). Karena itu jg keterlibatannya dgn sasaran yg ditelitinya berwujud dlm hubungan-hubungan sosial dan emosional. Hal tersebut dilakukan dgn melibatkan dirinya dlm kegiatan dan kehidupan pelaku yg diamatinya sesuai dgn kacamata kebudayaan dari para pelakunya sendiri. Hal ni sejalan dgn pandangan psikologi karena perilaku manusia tak mungkin lepas dari nilai-nilai budaya yg melatar belakanginya. Bahwa budaya merupakan jaringan makna / nilai ni dikemukakan oleh Clifford Greetz (dalam Basuki, 2006) dlm bukunya yg berjudul: Tafsir Kebudayaan.

    Sedang definisi pengamatan terlibat (participant observation dari Denzin (dalam Basuki, 2006) sebagai berikut: Pengamatan terlibat didefinisikan sebagai suatu strategi lapangan yg secara simultan (serempak) mengkombinasikan analisis dokumen, mewawancarai para responden dan informan-informan, observasi dan partisipasi (keterlibatan) langsung dan instrospeksi.

    Jorgensen (dalam Basuki, 2006) membedakan pengamatan terlibat (participant observation) dgn pengamatan tak terlibat (non-participant observation) dlm 7 (tujuh) hal, sebagai berikut:
    1. Pengamatan terlibat ditujukan pd minat khusus / nilai-nilai/makna-makna kemanusiaan dan interaksi antar manusia seperti pandangan dari perspektif orang-orang yg berada di dlm / bagian situasi dan setting khusus.
    2. Lokasi/tempat disini dan sekarang dari setting dan situasi kehidupan sehari-hari sebagai dasar penelitian dan metoda.
    3. Suatu bentuk teori dan penyusunan teori yg menekankan interpretasi dan pemahaman tentang eksistensi manusia.
    4. Suatu proses penelitian yg logis yg terbuka-tertutup, fleksibel, memberi kesempatan dan memerlukan redefinisi yg tetap dari apa yg menjadi permasalahan, berdasarkan pd fakta-fakta yg dikumpulkan dlm setting yg konkret dari eksistensi manusia.
    5. Suatu yg mendalam, kualitatif, pendekatan dan disain studi kasus.
    6. Kinerja/performansi dari peranan orang yg terlibat yg meliputi pemantapan dan pemeliharaan hubungan-hubungan dgn warga setempat dilapangan, dan
    7. Menggunakan observasi langsung dgn metoda-metoda untk mengumpulkan informasi lainnya.

    Dari penjelasan-penjelasan tersebut dpt disimpulkan bahwa pengamatan terlibat (participant observation) adlh studi yg disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pd suatu tujuan dimana pengamat / peneliti terlibat langsung dlm kehidupan sehari-hari dari subjek / kelompok yg diteliti. Dengan keterlibatan langsung dlm kehidupan sehari-hari tersebut menyebabkan terjadinya hubungan sosial dan emosional antara peneliti dgn subjek yg diteliti, dampaknya si peneliti mampu menghayati perasaan, sikap, pola pikir yg mendasari perilaku subjek yg diteliti terhadap masalah yg dihadapi.

    Untuk memperdalam wawasan pembaca tentang pengamatan terlibat akan diuraikan seluk beluk pengamatan terlibat dari pandangan Suparlan (dalam Basuki, 2006). Dikemukakan bahwa dlm kegiatan penelitian dgn menggunakan metoda pengamatan terlibat si peneliti bukan hanya mengamati gejala-gejala yg ada dlm kehidupan sehari-hari masyarakat yg diteliti, tetapi jg melakukan wawancara, mendengarkan, merasakan, dan dlm batas-batas tertentu mengikuti kegiatan-kegiatan yg dilakukan oleh mereka yg ditelitinya. Wawancara yg dilakukannya bukanlah wawancara formal, yg biasa dilakukan dgn menggunakan kuesioner, tetapi sebuah wawancara yg terwujud sebagai dialog yg spontan berkenaan dgn suatu masalah / topik yg kebetulan sedang dihadapi oleh pelaku. Justru yg spontan inilah yg objektif dan sahih karena tak direkayasa terlebih dulu oleh para informan (pemberi informasi yaitu individu yg dpt memberikan informasi tentang masalah/subjek yg diteliti). Inti dari metoda pengamatan terlibat adlh mengumpulkan informasi melalui pancainderanya. Metoda ni berbeda dgn metoda pengamatan yg hanya menggunakan indera mata saja, / dgn metoda wawancara dgn pedoman yg hanya menggunakan telinga untk mendengarkan apa yg dipikirkan / dirasakan oleh informan.

    Keterlibatan peneliti di dlm kehidupan masyarakat yg diteliti mungkin dpt dilakukan kalau si peneliti tersebut diterima oleh masyarakat yg ditelitinya. Salah satu prasyarat untk dpt diterima oleh masyarakat yg diteliti adlh kejujuran dlm menjelaskan siapa dirinya, dan memberikan penjelasan tersebut dgn secara masuk akal.

    Selanjutnya dijelaskan bahwa metoda pengamatan digunakan untk memperoleh informasi mengenai gejala-gejala yg dlm kehidupan sehari-hari dpt diamati. Hasil pengamatan biasanya didiskusikan oleh si peneliti dgn warga masyarakat yg bersangkutan untk mengetahui makna yg terdapat dibalik gejala-gejala tersebut. Hasil-hasil pengamatan biasanya mencakup setting dari lingkungan hidup, lokasi, dan kondisi fisik dan sosial dari unsur-unsur yg ada dlm masyarakat tersebut. Selanjutnya menurut Spindler (dalam Basuki, 2006) pedoman umum yg harus diperhatikan dlm melaksanakan pengamatan terlibat, diantaranya:
    • Pengamatan-pengamatan yg dilakukan harus kontekstual. Peristiwa-peristiwa yg signifikan harus dilihat dlm kerangka hubungan dari setting (latar) yg sedang diteliti di dlm konteks-konteks yg lebih luas dan yg terletak di luar setting tersebut.
    • Hipotesa-hipotesa dan pertanyaan-pertanyaan penelitian harus muncul sejalan dgn berlangsungnya penelitian yg dilakukan dan berada dlm setting untk diamati. Ketentuan untk memutuskan yg mana yg signifikan untk dipelajari sebaiknya ditunda sampai tahap orientasi dari penelitian lapangan tersebut telah selesai dilalui.
    • Pengamatan berlangsung lama dan berulang-ulang. Rangkaian peristiwa-peristiwa harus diamati lebih dari satu kali.
    • Pandangan warga setempat (the native view) yaitu pandangan dari tiap orang yg terlibat di dlm setting sosial mengenai kenyataan harus diungkapkan melalui inferensi-inferensi dari pengamatan dan melalui berbagai bentuk penelitian etnografi: wawancara, prosedur-prosedur lainnya yg dipilih (termasuk penggunaan sejumlah alat bantu penelitian), dan bahkan kalau perlu dpt menggunakan kuesioner walaupun harus dgn secara hati-hati.

    Selanjutnya menurut Suparlan (dalam Basuki, 2006) terdapat bermacam-macam keterlibatan si peneliti dlm pengamatan terlibat, yaitu:
    • Keterlibatan pasif. Dalam kegiatan pengamatannya, si peneliti tak terlibat dlm kegiatan-kegiatan yg dilakukan oleh para pelaku yg diamatinya, dan dia jg tak melakukan sesuatu bentuk interaksi sosial dgn pelaku / para pelaku yg diamati. Keterlibatannya dgn para pelaku terwujud dlm bentuk keberadaannya dlm arena kegiatan yg diwujudkan oleh tindakan-tindakan pelakunya.
    • Keterlibatan Setengah-setengah. Dalam kegiatan pengamatannya, si peneliti mengambil suatu kedudukan yg berada dlm dua hubungan struktural yg berbeda, yaitu antara struktur yg menjadi wadah bagi kegiatan-kegiatan yg diamatinya dgn struktur dimana dia sebagian dari dan menjadi pendukungnya. Dalam kedudukan demikian, peranannya adlh mengimbangi antara peranan yg harus dimainkan di dlm struktur yg ditelitinya dgn struktur yg dlm mana dia menjadi salah satu unsurnya.
    • Keterlibatan Aktif. Dalam kegiatan pengamatannya, si peneliti ikut mengerjakan apa yg dikerjakan oleh para pelakunya dlm kehidupan sehari-harinya. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukannya untk dpt betul-betul memahami dan merasakan (meng-internalisasikan) kegiatan-kegiatan dlm kehidupan mereka dan aturan-aturan yg berlaku serta pedoman-pedoman hidup yg mereka jadikan sandaran pegangan dlm melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
    • Keterlibatan Penuh / Lengkap. Pada waktu si peneliti telah menjadi sebagian dari kehidupan warga masyarakat yg ditelitinya, artinya dlm kehidupan warga masyarakat tersebut kehadiran si peneliti dianggap biasa dan kehadirannya dlm kegiatan-kegiatan para warga telah dianggap sebagai suatu keharusan, maka pd waktu tersebut si peneliti sebenarnya telah mencapai suatu tahap keterlibatan yg penuh / lengkap. Dalam keadaan demikian, sebenarnya kedudukan dan peranan si peneliti telah didefinisikan dlm struktur sosial yg berlaku, oleh para warga itu sendiri. Sebenarnya tak mudah untk mencapai tahap ini, dan pencapaian tersebut sebagian terbesar tergantung pd kemampuan si peneliti untk dpt memanipulasi kondsi-kondisi yg dipunyainya dlm kaitannya dgn situasi dan kondisi yg dihadapinya yg bersumber pd situasi penelitiannya. Dalam banyak hal seorang peneliti yg menggunakan metoda pengamatan terlibat dpt mencapai tahap ini; yaitu setelah memakan waktu yg cukup lama dlm hubungan si peneliti dgn warga masyarakat yg bersangkutan dan setelah warga masyarakat tersebut merasa bahwa si peneliti bukan orang yg jahat bahkan orang-orang yg baik.

    Berkenaan dgn tahap pengamatan terlibat yg penuh / lengkap ini, perlu dicatat bahwa tak semua peneliti dgn menggunakan pengamatan terlibat dpt menggunakan cara teknik pengamatan terlibat penuh / lengkap. Hal ni disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa tak semua sasaran penelitian itu memungkinkan dilakukannya penelitian dgn menggunakan teknik pengamatan terlibat penuh. Ada sasaran-sasaran penelitian yg cukup membahayakan (baik dari segi fisik maupun segi sosial dan kejiwaan) bagi para peneliti yg ingin menggunakan teknik keterlibatan yg sepenuhnya.

    Disamping pengamatan terlibat, menurut Suparlan terdapat 2 (dua) macam pengamatan yg lain, yaitu pengamatan biasa dan pengamatan terkendali, berikut penjelasannya:
    1. Pengamatan Biasa. Metoda ni menggunakan teknik pengamatan yg mengharuskan si peneliti tak boleh terlibat dlm hubungan-hubungan emosi pelaku yg menjadi sasaran penelitiannya.
      Dalam pengamatan biasa, seringkali dlm kegiatan-kegiatan pembuatan peta sesuatu kampung seorang peneliti jg menggunakan alat yg dpt membantunya untk melakukan pengamatan atas gejala-gejala dan benda secara lebih tepat. Alat ni sebenarnya berfungsi untk membantu ketajaman penglihatan matanya. Dengan alat ni tak ada keterlibatan emosi dan perasaan dgn sasaran pengamatannya.
    2. Pengamatan Terkendali. Dalam pengamatan terkendali, si peneliti jg tak terlibat hubungan emosi dan perasaan dgn yg ditelitinya; seperti halnya dgn pengamatan biasa. Yang membedakan pengamatan biasa dgn pengamatan terkendali adlh para pelaku yg akan diamati, diseleksi dan kondisi-kondisi yg ada dlm ruang / tempat kegiatan pelaku itu diamati dikendalikan oleh si peneliti.

    Daftar Pustaka
    1. Basuki, H, (2006) Penelitian Kualitatif untk Ilmu - Ilmu Kemanusiaan dan Budaya. Jakarta Gunadarma

    Sekian artikel tentang Ciri-Ciri Observasi dan Pengamatan Partisipan Menurut Ahli.

0 Response to "Ciri Observasi & Pengamatan Partisipan Menurut Ahli"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *