This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Opini] Eman Hermawan, Civic-Islam Memenuhi Dahaga Intelektual

Eman Hermawan, Civic-Islam Memenuhi Dahaga Intelektual
Eman Hermawan, Aktivis Nahdlatul Ulama (doc.pribadi)
Pendiri Lembaga Kajian islam Sosial (LKiS) Yogyakarta, Eman Hermawan berpendapat, munculnya gerakan Civic-Islam di Bandung merupakan hal yg positif dan dibutuhkan Indonesia saat ini. Sebab menurutnya, ruang-ruang diskursus ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan di -kampus kampus Indonesia sedang dilanda kekosongan. “Gagasan civic-Islam ni bisa untk memenuhi dahaga intelektual generasi muslim saat ini. Sebab saat ni tak ada lagi master-master pemikiran ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan yg kokoh untk diperjuangkan. Mungkin hanya Yudi Latif yg masih bertahan dan tekun memikirkan tentang diskursus ni tetapi itu pun tak mendarat di kalangan gerakan. Lain daripada itu, problem saat ni berbeda dgn zaman Orde-Baru. Pemetaan dan strategi secara nasional maupun lokal, khususnya di Bandung harus tepat sasaran,” paparnya saat ditemui redaksi Civic-Islam di Masjid Salman Maret 2015 lalu. Dalam pandangan aktivis yg dikenal sebagai ahli kajian Islam Transformatif bidang Gender ini, khusus untk gerakan di Bandung memakai terminologi Islam itu sudah tepat. Sebab menurutnya, situasi Bandung terdapat dua arah, yakni arah kesundaan, dan satunya lagi ke-Islaman. “Itu secara umum dgn kajian Islam bisa diterima dan dibutuhkan untk membuka kawasan pemikiran yg lain,” sarannya. Eman Hermawan adlh aktivis pergerakan Islam di Yogyakarta. Saat SMA ia sekolah di Bandung dan pernah nyantri di Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) di era 1980-an. Menurutnya, kajian Civic-Islam itu tak asing baginya karena sebelumnya ia pernah lama menjadi penggerak gerakan civil-society melalui lembaga Kajian Islam Sosialnya. Ia berpendapat, strategi pergerakan Civic-Islam baik dlm tataran ide maupun model gerakan harus tepat sesuai dgn situasi masyarakat terutama masyarakat mahasiswa Islam di Bandung. Karena itu Eman memberi dua masukan penting.Pertama, agar gagasan Civic-Islam diselaraskan dgn bahasa yg memasyarakat/popular. Sebab dgn sekadar memakai terminologi Civic-Islam nanti hanya kalangan terbatas yg bisa memahami maksudnya. “Di tingkat praktis harus diotak-atik bahasanya supaya mudah diterima oleh kalangan pemula,” terangnya.Kedua, menurut Eman, strateginya tak cukup formalitas seperti seminar dan workshop, melainkan lebih aktif menekankan prinsip komunitarianismenya, yakni dgn seringnya silaturahim, kumpul-kumpul dan aktif terlibat dlm kegiatan amal keislaman secara konkret.
“Model formal oke, tapi informalnya jg harus lebih jalan karena diskusi panjang lebar dgn ngobrol-ngobrol akan lebih masuk ke dlm pikiran,” tambahnya.-Ilham

source : http://reddit.com, http://civicislam.blogspot.com, http://slideshare.net

0 Response to "[Opini] Eman Hermawan, Civic-Islam Memenuhi Dahaga Intelektual"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *