This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Philosophy] Di antara Rumah dan Pepohon

Aku belajar, bahwa ada dua jenis keluarga.

Keluarga pertama terdiri dari orang-orang yg memiliki keterikatan darah maupun rahim. Kasih sayangnya tak perlu dipertanyakan. Itu jadi sebuah kemestian, bahkan kewajiban. Kadang cinta mereka menyakitkan dan gagal kita pahami. Kadang ada kehendak berkuasa, mengatur, mengekang atas nama cinta / perlindungan sekalipun kita adlh manusia dewasa yg merdeka dlm menentukan sikap.

Kita seringkali teledor dgn menuntut apa yg bukan menjadi hak kita / yg kita pikir harus kita dapatkan. Barangkali karena kita hidup bersama mereka -terutama orang tua- sepanjang usia kita. Barangkali jg karena segala tindakan kita akan berdampak bagi nama baiknya. Sehingga kita harus tahu diri.
Kita harus menjaganya. Jangan sampai keluar garis. Jangan sampai melampaui batas. Kita bagian dari mereka, mereka adlh kita. Kita begitu identik sehingga sulit berlepas, / mestinya, tak ada yg perlu untk dilepaskan.
Sebenarnya, garis itu bukan kita yg tentukan. Tapi konsensus sosial. Kita mesti tunduk pd konsensus sekalipun kita tak sepakat. Sekali lagi, kita tak sepakat tapi harus tunduk. Bukan kita yg membuat peraturan, / kita bukan siapa-siapa untk dpt membuat sebuah konsensus baru. Suka / tak suka, kita terikat kuat. Mau / tak mau, kita ada di dalamnya. Jika tak suka, silakan keluar dan cari konsensus yg sesuai dgn apa yg kita mau. Walau ganjarannya adlh diasingkan, / dianggap mati sekalipun sekuat tenaga kita terus berusaha hidup.
Alex Supertramp dlm In to the Wild berkata, "Society! Society! Society!" di sebuah cafe untk menyuarakan protes yg ditertawakan orang-orang yg sama-sama terasing. Kita akan jadi asing pd waktunya, Apalagi jika kita berada di luar garis konsensus.
Bahkan kadang kita terasing dari diri sendiri. Setelah lelah mempertanyakan apa yg ada dikepala kita, apa yg baik maupun yg benar dlm pendirian kita. Kita terasing dan butuh istirahat. Keluarga yg pertama adlh rumah yg nyaman dgn orang-orang yg selalu memeluk kita kapanpun kita pulang.

Jika saja kita mau tunduk. Jika saja kita mau mengecilkan sedikit ego masing-masing dan bicara lagi soal cinta yg melembutkan hati, bukan mengeraskan kepala.

Tapi jika rumah itu tak lagi terbuka, masih ada keluarga yg kedua.
Keluarga kedua terdiri dari orang-orang yg memiliki keterikatan hati. Dukungan mereka terhadap kita lahir dari adanya kesamaan nasib / kesanggupan untk saling mendengar dan membangkitkan. Mereka kta temukan di jalan-jalan intelektual maupun spiritual kita.

Mereka jadi lilin di saat mata kita begitu gelap tak melihat apapun, Jika ternyata ruangan yg kita pijak terang benderang, mereka tetap jadi lilin di altar-altar suci, mengiring doa-doa, menerbangkan harapan. Kadang beberapa orang yg kita anggap keluarga memadamkan lilinnya dan pamit pergi, Beberapa memang pergi tanpa pamit.

Beberapa memang hanya singgah sementara. Kita menoreh namanya di pepohon, dekat dgn jalan setapak tempat kita melanjutkan perjalanan. Pepohon yg tertinggal akan tetap di sana, menyapa pejalan kaki yg akan lewat. Bukan kita. Tapi mereka akan tetap ada.

Setidaknya, untk dikenang...
Pada akhirnya kita harus memaksa kaki kita untk berdiri sendiri, sekalipun dlm gulita. Jika tak begitu, kita akan gagal membantu orang lain untk berdiri. Kita akan gagal memenuhi cita-cita penciptaan kita.

"Tugas-tugas" yg harus kita selesaikan adlh buah kesadaran yg pd akhirnya harus kita penuhi. Aku lebih senang menyebutnya konsekuensi logis kesadaran.
Jika tak mampu berlari, berjalan maupun sekedar berdiri tegak, mungkin kita harus memulai segalanya dari awal, dgn bersimpuh / bersujud.
Sebelum akhirnya terasing kembali. Menguap. Hilang. Melelah untukNya.

source : http://tempo.co, http://dailymotion.com, http://syaharbanu.blogspot.com

0 Response to "[Philosophy] Di antara Rumah dan Pepohon"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *